Berita / Bisnis /
MODUS PPKS Bocorkan Ramalan Sawit 2025–2026, Produksi RI Makin Nanjak?
Bogor, elaeis.co - Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) atau PT Riset Perkebunan Nusantara merilis hasil peramalan produksi minyak sawit mentah (CPO) menggunakan metode MODUS, sebuah pendekatan statistik yang selama beberapa tahun terakhir menjadi rujukan penting di sektor perkebunan.
Hasil yang muncul kali ini memantik perhatian pelaku industri. Produksi CPO Indonesia pada 2025 diperkirakan mencapai 49,5 juta ton, dan berlanjut meningkat menjadi 50,31 juta ton pada 2026. Perkiraan tersebut disampaikan Peneliti PPKS, Rizki Amalia, yang menilai tren pemulihan produksi sudah terlihat sejak pertengahan 2024.
Akurasi metode MODUS tampak dari perbandingan antara proyeksi dan realisasi dalam dua tahun terakhir. Pada 2023, PPKS memproyeksikan produksi 49,32 juta ton, sementara realisasinya justru lebih tinggi, yakni 50,84 juta ton.
Setahun berikutnya, selisih proyeksi dan realisasi kembali berada dalam rentang sempit, dari 48,88 juta ton menjadi realisasi 48,16 juta ton. Konsistensi tersebut menjadi dasar bagi peneliti untuk meyakini proyeksi 2025–2026.
Ada sejumlah faktor yang memengaruhi arah peningkatan produksi. Sebagian kebun memang memasuki fase umur tua sehingga menekan produktivitas. Namun pemulihan pascakekeringan 2023 membuat tanaman kembali aktif berproduksi, ditambah membaiknya realisasi pemupukan setelah harga pupuk kembali stabil.
Kondisi tersebut membuat hasil panen 2025 bergerak naik. Indonesia yang tercatat memiliki 13,68 juta hektare kebun menghasilkan pada 2025 mencatatkan produksi CPO sekitar 30,59 juta ton hingga periode tertentu.
Lonjakan tertinggi year-on-year terjadi pada Juli 2024–2025 ketika produksi melonjak 41,4 persen dari 3,617 juta ton menjadi 5,113 juta ton. Kenaikan bulanan terbesar pun terlihat pada Mei ke Juni 2025, dari 4,165 juta ton menjadi 4,823 juta ton.
Selain produksi, PPKS juga meramalkan pergerakan harga. Pada 2024, harga diproyeksikan berada di kisaran USD 963 per ton, yang kemudian terealisasi sebesar USD 942 per ton.
Untuk 2025, proyeksi mencapai USD 1.029 per ton dan hingga September realisasinya sudah berada pada USD 1.017. Proyeksi 2026 disusun dalam tiga skenario, yakni USD 959 per ton untuk skenario rendah, USD 1.066 per ton untuk skenario sedang, dan USD 1.172 per ton untuk skenario tinggi.
Faktor penentu utamanya berasal dari implementasi program B40, pemulihan ekonomi negara-negara pengimpor, perkembangan minyak nabati lain, serta kebijakan tarif impor.
Dari sisi penggunaan, konsumsi domestik hingga Juli 2025 mencapai 14,3 juta ton atau naik 6,57 persen. Sebaliknya, ekspor turun 11,1 persen menjadi 19,2 juta ton, meskipun sejumlah negara justru mencatat peningkatan permintaan.
Bangladesh naik 63,37 persen, sementara Malaysia meningkat hingga 272,3 persen. Total nilai ekspor masih bertahan tinggi, mencapai Rp 343,7 triliun.
PPKS menilai tantangan terbesar tetap berada pada percepatan peremajaan sawit rakyat. Keterlambatan PSR dikhawatirkan memperdalam penurunan produktivitas nasional, terlebih Indonesia masih berada di bawah Malaysia.
Produktivitas Indonesia pada 2024 turun menjadi 3,18 ton per hektare, sementara Malaysia terus meningkat hingga 3,79 ton.
Pemerataan peremajaan kebun menjadi kunci menjaga keseimbangan pasokan dan menjaga proyeksi yang telah ditetapkan melalui metode MODUS tetap berada di jalurnya.







Komentar Via Facebook :