https://www.elaeis.co

Berita / Nusantara /

Minyak Kedelai dan Biji Matahari Ganggu Pasar CPO

Minyak Kedelai dan Biji Matahari Ganggu Pasar CPO

Analis PSP Tingkat Madya Disbun Sumsel, Rudi Arpian. (Ist)


Palembang, elaeis.co - Menurut sejumlah pihak, merosotnya harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di Nusantara antaran aktifitas ekspor yang belum normal. Hal ini terjadi usai pemerintah menutup keran ekspor beberapa waktu lalu untuk mengatasi persoalan minyak goreng.

Akibat kekosongan ekspor CPO dari Indonesia, akhirnya pasar CPO direbut oleh minyak kedelai dan minyak biji bunga matahari. Keduanya adalah minyak alternatif pengganti CPO.

"Akibatnya ekspor kita masih tersendat yang mengakibatkan tangki CPO di pabrik cenderung  tidak tersalurkan," ujar Analis PSP Tingkat Madya Disbun Sumsel, Rudi Arpian kepada elaeis.co, Jumat (1/7).

Tersendatnya ekspor CPO tersebut kemudian berimbas pada serapan hasil kebun petani yang juga melemah. Hingga merontokkan harga TBS petani. Padahal sebelumnya CPO merupakan salah satu komoditas penyumbang devisa terbesar bagi Indonesia.

"Beragam langkah yang dilakukan pemerintah belum membuahkan hasil saat ini. Sementara harga TBS justru turun terus menerus," kata dia.

Menurutnya, solusi yang bisa dilakukan pemerintah untuk membatu petani sawit dan  mempertahankan harga TBS di level Rp3000-Rp3500 per kilogram dengan menurunkan pungutan ekspor (PE), bea keluar (BK) dan flush out (FO) ekspor minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) untuk sementara waktu.

Dengan demikian, harga TBS ikut tergerak. Pemerintah bisa tenang, rakyat puas, hal ini bisa diberlakukan sampai harga CPO  normal kembali.

"Kita berharap kondisi bisa berangsur membaik kedepannya," tandasnya.

Hal tersebut juga diamini salah seorang petani yang berdomisili di Provinsi Aceh, Fadhli. Ia memperkirakan permasalahan harga TBS ini hanya lantaran ekspor CPO yang tidak berjalan. Sehingga menurutnya pemerintah seharusnya membuka pintu ekspor CPO selebar-lebarnya. 

"Artinya tidak diberlakukan peraturan. Misalnya hanya selama satu bulan penuh," kata dia.

Ini bertujuan untuk menguras tangki penyimpanan atau penimbunan CPO. Sehingga pabrik kelapa sawit (PKS) dapat menyerap hasil kebun petani. 

"Jika sudah kembali normal, baru kembali berlakukan regulasi yang ada atau regulasi baru," bebernya.

Terkait masalah pasar internasional, Fadhli mendapat bocoran bahwa masih aman. Hanya saja permasalahannya berada di pintu ekspor yang belum dibuka secara mudah.

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :