Berita / Nusantara /
Minat Petani Ikut Sertifikasi ISPO-RSPO Terus Dirangsang
Dengan mengikuti sertifikasi, petani dibina mengelola kebun secara berkelanjutan. Foto: Yayasan Setara Jambi
Marabahan, elaeis.co - Pemkab Barito Kuala (batola), Kalimantan Selatan, terus berupaya mewujudkan perkebunan yang berkualitas dan berkelanjutan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan petani. Salah satu upaya yang dilakukan adalah memperbanyak sertifikasi Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO) dan Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO).
Terkait dengan hal itu, belum lama ini digelar Forum Group Discussion (FGD) terkait Pengembangan ISPO-RSPO untuk Petani Sawit Swadaya di Kabupaten Batola. Kegiatan yang berlangsung di aula Bahalap Kantor Pemkab Batola itu terselenggara atas kerja sama Dinas Perkebunan dan Peternakan (Disbunnak) Batola bersama Forum Petani Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia (Fortasbi) dan Lembaga Hijau Indonesia (LHI).
Kegiatan diawali dengan penyampaian materi diskusi yang disampaikan oleh Kabid Perkebunan Disbunnak Batola, Amina Oktriyana SHut. Di dalam paparannya, dijelaskan perlunya petani atau pekebun kelapa sawit swadaya di Batola mendapatkan sertifikat ISPO-RSPO agar hasil panen mereka mampu bersaing di pasaran.
Dia juga menjelaskan beberapa strategi yang dilakukan pemerintah untuk pengembangan kelapa sawit di Batola seperti peningkatan produksi dan produktivitas, peningkatan SDM petani/pekebun, peningkatan sarana prasarana, penguatan kelembagaan, dan mendorong hilirisasi industri dan nilai tambah.
Pemateri dari LHI, Berry Furqon, kemudian menjelaskan tentang syarat yang harus dipenuhi petani agar mendapatkan sertifikasi. Diantaranya, petani swadaya haruslah anggota dari suatu kelompok yang memenuhi persyaratan dan terdaftar resmi atau dibentuk secara legal.
Dia juga memaparkan manfaat yang diperoleh petani jika ikut sertifikasi. “Dapat pengetahuan tentang cara mengoptimalkan produktivitas dan hasil panen dengan melaksanakan praktik perkebunan yang baik dan berkelanjutan sesuai dengan pelatihan yang telah diberikan,” katanya dalam keterangan resmi Disbunnak Batola.
“Petani juga mendapatkan pengetahuan tentang cara melakukan penjualan dan berpartisipasi dalam pasar sawit lestari, mengelola kebun secara profesional, dan menjadi pekebun yang berkelanjutan dari segi keuangan. Struktur dan lembaga tempat bernaung petani juga dapat mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk memperolah mata pencaharian berkelanjutan bagi keluarga dan masyarakat,” tambahnya.
Kepala Disbunnak Batola, H Suwartono Susanto MS, berharap makin banyak petani Batola yang disertifikasi ISPO dan RSPO agar nilai jual produksi mereka lebih terjamin di masa depan.
“Selama ini petani sawit hanya sebagai produsen tandan buah segar (TBS) sebagai bahan baku minyak sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO). Jadi wajar saja para petani sawit kerap menjerit karena harga TBS yang sering anjlok,” katanya.
Dia juga berharap pembangunan pabrik kelapa sawit (PKS) mini bagi petani sawit swadaya bisa segera terealisasi.
“PKS mini dapat meningkatkan nilai jual produk dan pada akhirnya meningkatkan penghasilan para petani sawit,” tukasnya.







Komentar Via Facebook :