Berita / Pojok /
Mengemban Tanggung Jawab untuk Mengawal Generasi Penerus Industri Perkebunan Kelapa Sawit 2024
Benny, mahasiswa dari kampus Institut Teknologi Sawit Indonesia (ITSI), Medan. (Foto: dok. pribadi)
Beberapa hari ini disibukkan membuka laptop untuk membuka pesan, baik melalui whatsapp maupun kanal lainnya. Memastikan tiap informasi yang diterima bisa ditindaklanjuti.
Inisiatif ini berawal dari diskusi bersama Wakil Ketua Apkasindo Sumsel Bapak M Yunus untuk kolaborasi mengawal putra-putri terbaik Sumsel bisa sampai ke kampusnya masing-masing tanpa kendala berarti.
Sebuah tanggung jawab moral yang tidak bisa diabaikan begitu saja. Lebih dari 150 insan terbaik dari Sumsel.
Sebagaimana Sawit sebagai “Emas cair”, begitu juga mereka “Emas Sumsel” harus dipastikan bahwa mereka bisa mendapatkan hak-hak sebagai stakeholder sawit.
Jumlah tersebut bisa dibilang membanggakan, namun juga dilema. Karena secara luasan mencapai 1,2 Juta hektar (Ha). Bagi sebagian orang mengatakan “kurang banyak”.
Tentunya harapan bersama bisa mendapatkan serapan yang optimal. Menerima beasiswa ini yang dikatakan sebagian orang “beasiswa mewah” tentu nikmat yang patut disyukuri.
BPDPKS menyokong pembiayaan hidup yang semakin baik dari tahun ke tahun, bahkan fasilitasi sertifikat kompetensi.
Sebagai jawaban tantangan keinginan industri yang menginginkan mutu dari alumni beasiswa ini. Beasiswa yang menggerakkan peradaban perkebunan.
Akan terjadi gerakan ekonomi yang amat menyala, dimulai dari sektor transportasi karena mereka menggunakan bus maupun pesawat, lalu konsumsi perjalanan yang menghidupi pelaku UMKM.
Sebuah hal yang sangat mengesankan. Sebagai anak bangsa kita bangga, baru dari satu sektor (sawit).Bagaimana dengan sektor lainnya jika melakukan hal yang sama?
Tentu tidak terhitung berapa banyak putaran uang yang menghidupi masyarakat.
Tentu sebagai kehormatan, berkoordinasi dengan lintas sektor untuk memastikan kenyamanan mereka.
Apalagi dengan regulasi tiap perguruan tinggi yang dinamis, sehingga kita harus bisa adaptif untuk kelancarannya.
Melihat hal tersebut. Banyak tantangan yang harus dicermati bersama, yaitu:
1.Peran Dinas Perkebunan (Disbun)
Baik Disbun tingkat provinsi, kabupaten, dan kota untuk mengawal mereka. Bisa dengan tatap muka secara fisik maupun virtual
2.Peran asosiasi, terutama yang menerima serapan afirmasi.
Harus menjaga mahasiswa atau mahasiswi terpilih untuk bisa melanjutkan studi secara optimal
3.Peran perguruan tinggi.
Dalam rangka menyambut 3.000 insan perkebunan muda di 23 perguruan tinggi di seluruh Indonesia.
Dimulai dari persiapan, penjemputan, dan teknis lainnya, sehingga bisa menjadi kampus yang dibanggakan oleh mahasiswa atau mahasiswi ke depannya.
4.Peran industri.
Untuk tetap konsisten memberikan perluasan kesempatan agar lulusan beasiswa sumber daya manusia perkebunan kelapa sawit (SDM PKS) ini bisa berkarir. Yang disebutkan istilah “jemput bola”
5.Peran pemerintahan daerah (Pemda). Secara garis besar memberikan kesempatan lulusan ini bisa berkarir, terutama di bidang industri sawit.
Dalam hal ini akselerasi Rencana Aksi Daerah Kelapa Sawit Berkelanjutan (RAD-KSB) di tiap daerahnya, sehingga lulusan tidak merasa khawatir ke depannya.
*Artikel ini ditulis oleh Benny, mahasiswa ITSI Medan






Komentar Via Facebook :