Berita / Serba-Serbi /
Mengadon Sari Pati Sawit dari Kota Lumpia
Peserta Workshop EGP tengah mengikuti gelaran.(Dok)
Semarang, elaeis.co – Di Kota Lumpia, UKMK Semarang mengadon harapan dari sari pati sawit dengan mengubah bahan lokal jadi bolu, dodol, dan kue kering yang siap bersaing di pasar lokal hingga ekspor.
Ballroom Sapphire di Hotel Quest Semarang Simpang Lima di hari Rabu (13/08) berubah menjadi dapur raksasa yang riuh. Aroma bolu yang lembut, dodol yang legit, dan kue bangkit yang renyah menempel di udara, seakan menyambut siapa saja yang melangkah masuk.
Sebanyak 50 peserta, dari ibu rumah tangga hingga pelaku UKMK dan mahasiswa, bergerak lincah. Spatula di tangan mereka bukan sekadar alat, tapi tongkat orkestra yang mengatur ritme adonan, oven menjadi biang tempo, sementara tawa dan obrolan hangat menjadi melodi yang mengisi ruang.
Workshop Pelatihan Produksi Bolu, Dodol, dan Kue Kering Berbahan Dasar Kelapa Sawit yang digelar Elaeis Media Group bersama BPDP, dengan dukungan Indobake, bukan sekadar soal memasak. Kegiatan ini mengajarkan UKMK cara memonetisasi kreativitas, memanfaatkan bahan lokal, dan mengoptimalkan potensi pasar.
“Sawit punya nilai lebih jika dikemas sebagai produk inovatif. UKMK tidak hanya bisa memenuhi pasar domestik, tapi juga menembus ekspor,” jelas Helmi Muhansyah, Kepala Divisi UKMK BPDP.
Di sisi lain, Data Dinas Koperasi dan UKM Jateng menunjukkan ada 193.932 UMKM binaan yang menyumbang omzet Rp69,78 triliun per tahun dan menyediakan lapangan kerja bagi 1,36 juta orang, karenanya pelatihan semacam ini diharapkan menjadi katalis pertumbuhan bagi UKMK agar bisa naik kelas, memperluas pasar, dan masuk ke rantai ekspor.
“Inovasi dan kreativitas adalah kunci. Sawit yang dulunya dianggap bahan murah kini bisa menjadi produk unggulan UKMK,” kata Eddy S. Bramiyanto, Kepala Bidang Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Jateng.
Bagi banyak orang, sawit hanya bermakna minyak goreng atau biodiesel. Tapi di tangan Iin Arlina, pembuat bolu asal Muaro Jambi, sari pati sawit berubah menjadi sesuatu yang istimewa. Ia membawa bahan murni dari kampung halamannya dan memperlihatkan bagaimana sedikit saja sari pati bisa mengubah bolu menjadi lembut, dodol menjadi legit, dan brownies menjadi kenyal sempurna.
“Ini bukan sekadar bahan tambahan. Ini kunci kelembutan dan rasa, sekaligus peluang usaha,” kata Iin sambil tersenyum, matanya berbinar saat melihat peserta mencoba resepnya.
Dimana, adonan kue bangkit diuleni dengan tangan peserta, selai sawit diaduk hingga harum, dan dodol sawit digerakkan bergantian di meja besar. Suasana hangat dan ramai, tapi ada juga momen hening saat adonan akhirnya berubah menjadi kue yang matang, aroma legitnya menebar, dan setiap peserta menatap hasil karya mereka dengan bangga.
Dukungan peralatan dari Indobake membuat semua ini lebih mudah. Oven besar, mixer handal, dan perlengkapan profesional membuat peserta bisa fokus pada inovasi rasa, tekstur, dan presentasi, bukan sekadar kerepotan teknis.
Vita Ardiani, pemilik usaha rumahan, datang dengan mimpi kecil tapi pulang dengan strategi besar. Ia mulai merencanakan bagaimana bolu berbahan sawit bisa menjadi produk unggulan dengan branding yang kuat, siap dijual online maupun offline. Sementara Dewi Sulistiyowati, yang awalnya skeptis, menemukan ide kolaborasi dengan bahan lain untuk berkreativitas.
Kalau adonan kue butuh ulian yang telaten supaya lembut, begitu pula usaha UKMK. Mengadon harapan bukan sekadar slogan, tapi proses nyata dengab coba, gagal, perbaiki, ulangi. Di Kota Lumpia ini, tiap sendok adonan sari pati sawit yang diaduk menjadi simbol bahwa usaha kecil bisa punya nilai besar, dan kreativitas bisa menjadi jalan masuk ke pasar luas.
Saat workshop berakhir, banyak peserta pulang membawa lebih dari resep. Mereka membawa keyakinan, jaringan baru, dan visi bahwa sari pati sawit bukan sekadar bahan lokal, tapi bisa menjadi produk premium, punya identitas, dan layak untuk pasar internasional.







Komentar Via Facebook :