Berita / Nasional /
Mendag Zulhas: Saya Dianggap Pembela Petani Sawit

Mendag Zulkifli Hasan saat meninjau bahan pokok di Pasar Cik Puan Kota Pekanbaru.
Pekanbaru, elaeis.co - Zulkifli Hasan (Zulhas) mengaku dalam 100 hari kinerjanya sebagai Menteri Perdagangan (Mendag) Republik Indonesia, telah berhasil membuat para petani kelapa sawit bangga.
Hal ini disebutkannya saat menjadi pembicara dalam Kuliah Umum yang digelar oleh Universitas Muhammadiyah Riau (UMRI), Senin (26/9).
Kebanggaan itu diutarakannya, seraya memaparkan capaiannya yang mampu membuat harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit naik hingga lebih dari Rp2.000/kg.
"Harga tandan buah segar sawit sebelumnya Rp600 per kilogram. Saya ditugaskan oleh Pak Presiden, harga TBS harus jadi Rp2.000. Itu kalau orang bilang namanya Mission Impossible, sulit," kata dia.
"Tapi sekarang, harga TBS di Riau rata-rata Rp1.800 yang bukan mitra, dan yang mitra sudah di atas Rp2.000. Jadi dari harga Rp600 naik menjadi di atas Rp2.000. Itu bukan pekerjaan yang mudah, tapi sudah terjadi," ujarnya.
Dengan capaian itu, dia mengaku bahwa para petani menyebutnya sebagai pembela petani sawit. "Jadi saya kalau ke kebun-kebun sawit Riau sekarang, dianggap pembela petani sawit," sebutnya.
Tak hanya berhasil menaikkan harga TBS sawit, Zulhas juga mengklaim bahwa di bawah kepemimpinannya sebagai Menteri Perdagangan, harga minyak goreng juga turun dan kembali normal.
"Minyak tidak jelas harganya dulu. Tadi saya sudah ke pasar Cik Puan Pekanbaru. Minyak curah atau minyakita sudah Rp13.500/liter, dan minyak bermerek sudah turun jauh menjadi Rp16.500," sambungnya.
Memang, sejak Zulkifli Hasan menjabat sebagai Menteri Perdagangan RI, harga TBS kembali terdongkrak dan juga harga minyak goreng turun cukup drastis hingga menyentuh harga Rp13.500/liter.
Namun, sebelumnya salah seorang Pakar Sawit Nasional, Dr Tungkot Sipayung mengatakan bahwa turunnya harga minyak goreng bukan semata-mata karena kebijakan yang diambil Menteri Perdagangan, yakni Domestic Market Obligation (DMO) untuk minyak sawit. Namun memang karena kondisi pasar global, yang mana harga minyak nabati di pasar global memang tengah turun.
"Kalau kita lihat data-data yang ada, tidak hanya minyak goreng curah atau kemasan sederhana, yang menjadi target kebijakan DMO, yang mengalami penurunan. Tapi juga minyak goreng kemasan premium juga turun kan, dibandingkan kondisi Mei atau Juni," kata Tungkot saat berbincang dengan elaeis.co belum lama ini.
Dengan kondisi ini, kata Tungkot, berdasarkan kajian yang dilakukan dengan melihat data-data yang ada, penurunan harga minyak goreng saat ini tidak disebabkan oleh kebijakan DMO.
"Kalau kita cek harga internasionalnya, memang di pasar global CPO memang sedang dalam tren turun. Kemudian RBD Oil dan Olein-nya juga turun. Jadi kebetulan maksud kebijakan DMO itu sama dengan apa yang terjadi tren di pasar," ujarnya.
"Artinya, ada atau tidak adanya DMO, harga minyak goreng itu memang akan turun kalau kita lihat data yang ada," kata dia.
Namun, dia mengatakan bahwa bukan berarti DMO tidak memiliki andil pada penurunan harga minyak goreng saat ini. "Mungkin saja ada pengaruhnya, tapi tidak signifikan. Karena sama-sama berada di tren harga turun," pungkasnya.
Komentar Via Facebook :