https://www.elaeis.co

Berita / Sumatera /

Masih Ditemukan Pabrik Bandel di Bengkulu, APKASINDO Minta Pemda Jangan Diam

Masih Ditemukan Pabrik Bandel di Bengkulu, APKASINDO Minta Pemda Jangan Diam

Ilustrasi-petani kelapa sawit. (Syahrul/Elaeis)


Bengkulu, elaeis.co - Ketua Dewan Pimpinan Wilayah Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO) Bengkulu, Jakfar mengaku masih banyak pabrik minyak sawit mentah di daerah itu yang membeli tandan buah segar (TBS) petani di bawah harga penetapan.

Dari laporan yang diterimanya, rata-rata pabrik kelapa sawit membeli TBS petani hanya di harga Rp1.380-Rp1.480 per kilogram. Padahal sudah jelas, Pemprov Bengkulu menetapkan harga paling rendah ditingkat pabrik Rp 1.511/kg, dan tertinggi Rp2.020/kg.

Namun nyatanya, harga tertinggi di pabrik hanya Rp 1.380/kg. Sementara ditingkat petani harga jual hanya di angka Rp850-Rp 950 per kilogram.

"Padahal berbagai upaya dan kebijakan sudah dibikin pemerintah untuk menormalkan harga TBS hingga mencapai angka Rp2.000/kg. Namun sayangnya tak dihiraukan pabrik kebijakan itu," kata Jakfar kepada elaeis.co, kemarin. 

Tidak hanya itu, lanjut Jakfar, di Bengkulu juga masih ada pabrik kelapa sawit yang menolak TBS dari petani dengan alasan tangki timbun masih penuh akibat penjualan crude palm oil (CPO) belum lancar.

"Beberapa PKS di sini memilih tutup beroperasi karena tangki timbun penampungan CPO masih penuh. Nah, karena alasan itu, mereka tolak pembelian TBS dari petani," tutur Jakfar.

Melihat kondisi sektor kelapa sawit makin miris di Bengkulu, Jakfar meminta agar pemerintah daerah turun tangan dengan melakukan monitoring ke setiap pabrik untuk mempertanyakan sikap perusahaan yang merugikan petani tersebut.

"Kita tidak ingin ada PKS yang memainkan harga TBS di daerah. Bisa saja hanya alasan menutup pabrik. Untuk itu saya berharap pemerintah daerah ambil sikap tegas," kata Jakfar.

Semestinya kata Jakfar, pabrik kelapa sawit harus bersikap fair dalam harga TBS. Sebab pemerintah sudah menetapkan harga yang menguntungkan semua pihak. 

"Kita minta, pabrik-pabrik yang bandel itu diberikan sanksi dan denda. Sebab kalau tidak, mereka akan terus bandel," pungkasnya.

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :