Berita / Nusantara /
Malaysia Lirik CPO Bengkulu
Gubernur Bengkulu, Rohidin Mersyah bersama Menteri Perusahaan Perladangan dan Komoditi Malaysia YB Datuk Hajah Zuraida Kamaruddin. (Istimewa)
Bengkulu, elaeis.co - Potensi sektor industri kelapa sawit yang dimiliki Provinsi Bengkulu ternyata membuat Malaysia ngiler. Provinsi Bengkulu sendiri memilik luas lahan perkebunan kelapa sawit mencapai 200 ribu hektare. Sementara potensi crude palm oil (CPO) mencapai 1 juta ton.
Nah, melihat potensi itulah yang dilirik seriusi oleh Negara Malaysia, untuk bekerjasama dengan Provinsi Bengkulu dalam hubungan investasi hasil perkebunan.
"Bengkulu memang daerah yang sangat potensial untuk investasi industri kelapa sawit," terang Gubernur Bengkulu Rohidin Mesyah usai menggelar pertemuan dengan Menteri Perusahaan Perladangan dan Komoditi Malaysia YB Datuk Hajah Zuraida Kamaruddin, belum lama ini.
Rohidin mengaku, potensi perkebunan kelapa sawit di Bengkulu juah lebih besar dibanding karet. Namun harga kelapa sawit saat ini, harus terkandas akibat larangan ekspor CPO ke luar negari. Sejalan dengan rencana pemerintah pusat membuka keran ekspor CPO, perlu industri hilirisasi dari hasil produksi kelapa sawit.
"Dengan adanya Malaysia, bisa kerjasama hilirisasi industri sawit di Bengkulu," tuturnya.
Industri hilirisasi dari kepala sawit itu sangat penting. Sebab disamping bisa menjaga nilai jual kelapa sawit, kesejahteraan masyarakat juga bisa lebih meningkat. Seperti Malaysia bisa membuat pabrik minyak goreng di Bengkulu, maupun hilirisasi lainnya di Bengkulu.
"Harapan kita tentu bisa mendongkrak nilai jual sawit dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat," kata Rohidin.
Tidak hanya itu, Rohidin mengatakan untuk ekspor hasil pruduksi kelapa sawit ataupun hasil pertanian lainnya dari Bengkulu, tentu didukung dengan infrastruktur yang memadai. Seperti Pelabuhan Pulau Baai Bengkulu.
Pada Sabtu pekan lalu, Menteri Perusahaan Perladangan dan Komoditi Malaysia YB Datuk Hajah Zuraida Kamaruddin juga sempat melihat langsung kondisi pelabuhan terbesar di wilayah barat Pulau Sumatera tersebut.
"Pelabuhan Pulau Baai ini memiliki lahan pendukung yang mencapai 1.180 hektare yang bisa dimanfaatkan untuk pengembangan industri pengolahan produk-produk pertanian, seperti CPO dan turunannya," terangnya.
Rohidin mengatakan, beberapa industri kelapa sawit juga telah tumbuh di wilayah Pelabuhan Pulau Baai Bengkulu. Seperti pabrik pengolahan kernel sawit atau biji sawit. Pabrik yang baru diresmikan itu telah sesuai pengembangan rencana induk pengembangan kawasan pelabuhan untuk menjadi kawasan industri pengolahan produk pertanian.
"Jadi calon investor yang masuk Bengkulu, untuk melakukan pengolahan berbagai produk pertanian atau membangun pabrik bisa dilakukan di kawasan pelabuhan Pulau Baai yang terkoneksi langsung dengan jetty pelabuhan," tuturnya.
Tidak hanya itu, Rohidin menegaskan Pelabuhan Pulau Baai juga telah dilengkapi dengan pembangkit listrik dengan kapasitas 2x100MW. Termasuk konektivitas transportasinya juga terhubung dengan Bandara Fatmawati Soekarno dan pusat Kota Bengkulu.
"Ini salah satu bentuk keunggulan ketika berinvestasi terkait pengolahan komoditas yang ada di Provinsi Bengkulu," tegas Rohidin.
Sebelumnya, Menteri Perladangan dan Komoditi Malaysia YB Datuk Hajah Zuraida Kamaruddin juga mengakui bahwa Bengkulu sangat potensial untuk menjadi daerah investasi komoditi kelapa sawit dan karet. Selain bahan baku yang melimpah, menurutnya, Bengkulu juga memiliki pelabuhan dan jalur logistik yang sangat penting dalam perdagangan ekspor.
"Alhamdulillah saya lihat banyak potensi yang boleh kita manfaatkan di Bengkulu ini karena logistik dan infrastrukturnya sudah tersedia. Ada port (pelabuhan) dan lapangan terbangnya (bandara) serta infrastruktur jalannya juga sudah teratur," terang Zuraida.
Menurut Zuraida, batang sawit dan karet yang sudah tidak produktif juga dapat mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Tentu jika diolah menjadi bahan furniture. Untuk itu, hubungan bilateral antara Malaysia dan Bengkulu harus diperkuat agar terjadi sinergi yang akan menguntungkan kedua belah pihak.
"Bila jadi ini adalah perjanjian pertama di mana sebuah provinsi dan Kerajaan Malaysia, kementerian dan agensi-agensi bergabung untuk menghidupkan ekonomi di sini (Bengkulu) maupun Malaysia. Sebab Bengkulu memiliki nilai histori yang sangat kuat dengan Bangsa Melayu Malaysia," pungkasnya.







Komentar Via Facebook :