Berita / Sumatera /
Maksimalkan Potensi CPO, Legislator Aceh Desak Pembangunan Refinery
Khalid SPdI. foto: ist.
Banda Aceh, elaeis.co – Provinsi Aceh kehilangan pendapatan cukup besar karena produksi minyak sawit mentah (CPO) dari daerah itu lebih banyak diekspor melalui Sumatera Utara (Sumut).
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA), Khalid SPdI, prihatin terhadap kondisi ini mengingat produksi CPO Aceh setiap tahun mencapai lebih dari 1 juta ton.
Hanya sekitar 70 ribu ton atau sekitar 7 persen CPO yang diekspor melalui pelabuhan lokal seperti Krueng Geukuh di Aceh Utara dan Calang di Aceh Jaya. Sementara sekitar 93 persen diekspor melalui Pelabuhan Belawan, Sumut.
Menurutnya, hilangnya potensi pendapatan disebabkan karena Aceh tidak memiliki refinery sawit yang memungkinkan pengolahan CPO menjadi produk turunan yang lebih bernilai.
"Kalau mau jujur, sebenarnya kondisi ini sangat miris bagi kita. Bahan baku dari kita, tapi Aceh yang rugi. Coba bayangkan jika sudah ada refinery sawit, kita bisa olah sendiri turunannya," kata politisi Partai Golkar itu dalam keterangannya, Kamis (24/4).
Berdasarkan data yang disampaikan oleh Kepala Kanwil Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Aceh, Safuadi, kerugian Aceh akibat ekspor CPO via Sumut diperkirakan mencapai Rp 372 miliar per tahun.
Kerugian ini semakin terasa karena Aceh belum memiliki fasilitas untuk mengolah CPO menjadi produk turunan bernilai tinggi seperti minyak goreng, margarin, sabun, detergen, biodiesel, dan lainnya.
Khalid menegaskan pentingnya pembangunan refinery sawit di Aceh untuk meningkatkan daya saing daerah dan menciptakan lapangan kerja baru. Politisi yang juga dikenal dengan semangatnya untuk membangun Aceh ini mendesak pemerintah untuk segera merealisasikan pembangunan refinery sawit di Aceh.
"Kenapa daerah lain bisa, kita tidak bisa? Tapi yang sangat penting, sebelum dibangun refinery sawit, harus ada studi kelayakan yang komprehensif agar tidak sia-sia," ujarnya.
Selain itu, Khalid juga menyoroti peran pelabuhan lokal yang selama ini kurang dimanfaatkan secara optimal. Menurutnya, pelabuhan seperti Krueng Geukuh dan Calang seharusnya bisa lebih dimaksimalkan untuk mengekspor CPO dan produk turunannya.
"Kita ada banyak pelabuhan, kenapa tidak dimanfaatkan? Kenapa mesti lewat Belawan? Pemerintah harus proaktif menyikapi persoalan ini, bukan hanya sebatas omongan, tapi juga butuh tindakan dan kebijakan," tandasnya.
Selain meningkatkan pendapatan daerah, dia yakin pembangunan refinery sawit juga dapat mengurangi ketergantungan Aceh terhadap Sumut dan membuka peluang bagi pengembangan industri hilir kelapa sawit di Tanah Rencong.







Komentar Via Facebook :