https://www.elaeis.co

Berita / Nusantara /

Mahasiswa Sawit, Belum Lulus Sudah 'Diboking'

Mahasiswa Sawit, Belum Lulus Sudah

Sebahagian mahasiswa dan mahasiswi yang ikut program Learning Faktory bersama dosen di komplek Kebun Pendidikan dan Penelitian (KP2) Stiper Edu Agro Tourism (SEAT) di Bawen, Ungaran, Jawa Tengah. Foto


Yogyakarta, elaeis.co - Habis sholat subuh  perempuan 18 tahun ini sudah berdiri di lapangan di bagian depan komplek Kebun Pendidikan dan Penelitian (KP2) Stiper Edu Agro Tourism (SEAT) di Bawen, Ungaran, Jawa Tengah itu.

Sherly Triana Rahayu. Perempuan asal Stabat Kabupaten Langkat Sumatera Utara (Sumut) sengaja datang lebih awal ke lapangan itu lantaran dia didapuk sebagai mandor kebun, hari itu. 

Saban hari 250 mahasiswa dan mahasiswa diploma 1 Akademi Komunitas Perkebunan Yogyakarta (AKPY) sengaja digilir menjadi mandor dan krani. 

Mandor musti memimpin apel pagi yang dilaksanakan setiap pukul 05.30 Wib. Kesan suasana pekerja di perkebunan pun nampak kental.

Pola itu adalah bagian dari sistem Learning Factory yang dijalankan oleh AKPY selama pandemi covid-19.   

"Sebagai lembaga pendidikan vokasi, kami enggak mau larut oleh situasi pandemi. Terobosan dengan protokol kesehatan yang ketat, musti kami lakukan. Sebab kami enggak mau anak-anak kami kelak, pulang tanpa ilmu yang mumpuni. Itulah makanya Learning Factory ini kami jalankan," kata Direktur AKPY, Dr. Sri Gunawan kepada elaeis.co, kemarin. 

Learning Faktory kata lelaki yang akrab disapa Gunawan ini adalah bagian dari tiga pilar yang musti diwujudkan oleh AKPY-INSTIPER; knowledge, skill dan attitude. "Alhamdulillah, kami bisa mewujudkannya," katanya. 

Praktisi perkebunan yang juga dosen senior AKPY, Hartono, SP, MSi, cerita, kuliah Learning Factory telah membikin mahasiswa lekas menyerap ilmu. Alhasil mereka akan lebih kompeten (link and match) dan siap bekerja di industri perkebunan, baik itu di perkebunan swasta maupun rakyat. 

Satu hal yang paling penting, lewat pembelajaran Learning Factory ini mereka menjadi berjiwa enterpreuner

Sebab kata lelaki 51 tahun ini, di Learning Faktory itu Konsep; dengan mendengar kita mudah lupa, dengan melihat kita jadi ingat dan dengan, melakukan kita jadi paham, berjalan. 

Sepanjang Learning Factory kata Hartono, mahasiswa dan mahasiswi itu dibagi dalam lima gelombang. Satu gelombang 50 orang, selama 2 minggu. 

Ini berarti, tiap gelombang, dua kelas yang bakal mengeruk ilmu di komplek seluas 16,5 hektar tadi. Begitulah mereka digilir. 

Selama dua pekan itu, macam-macam yang mereka pelajari. Mulai dari persiapan lahan, pembibitan, penanaman sawit dan Legume Cover Crop (LCC), perawatan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) dan Tanaman Menghasilkan (TM), panen dan transport.

Ada juga ceramah di kelas, study kasus, diskusi, presentasi mahasiswa hingga membikin perencanaan membuka perkebunan. Mereka dipandu oleh praktisi perkebunan dan dosen muda AKPY.

Intinya, tiap hari mahasiswa dan mahasiswi ini menghabiskan waktu delapan jam, praktek.

Jadi kalau dihitung-hitung, 50% dari waktu setahun kuliah, dihabiskan oleh mahasiswa yang dibiayai oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) ini, dengan praktek lapangan. Persis seperti pola yang dilakukan kampus, sebelum pandemi merebak.

Itu pula makanya, apa yang dilakukan oleh AKPY ini terus dilirik oleh perusahaan-perusahaan besar. Tak heran walau belum lulus, perusahaan-perusahaan sudah 'memboking' para mahasiswa ini.  

"Lebih dari 70% sudah diboking perusahaan. Sisanya justru lantaran belum ingin bekerja dengan alasan ingin kerja di kebun sendiri, lanjut kuliah S1 atau ingin bekerja di daerahnya sendiri," terang Gunawan.  


 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :