Berita / Iptek /
Mahasiswa ITB Cetuskan Konsep Cerdas untuk Sawit Ramah Lingkungan
Faiz Ijlal Ismawan, mahasiswa Rekayasa Pertanian ITB. Foto: Humas ITB
Bandung, elaeis.co - Mahasiswa Rekayasa Pertanian Institut Teknologi Bandung (ITB) angkatan 2021, Faiz Ijlal Ismawan, meraih juara 2 dalam Lomba Esai Gadjah Mada Agro Expo (GMAE) 2024. Lomba ini mengangkat tema ‘Unveiling Palm Oil, Indonesia’s Green Gold’ yang berfokus pada inovasi dan keberlanjutan dalam industri kelapa sawit.
Lomba Esai GMAE merupakan ajang kompetisi yang terbuka bagi mahasiswa dan masyarakat umum untuk menuangkan ide dan gagasan dalam bentuk esai. Dalam lomba ini, Faiz menyusun esai berjudul ‘PAIRS: Pemanfaatan Teknologi AI dan Remote Sensing Menuju Budidaya Kelapa Sawit yang Efektif dan Berkelanjutan’.
Lomba ini diadakan secara daring dengan tema besar terkait inovasi dalam agroindustri dan diharapkan peserta bisa menyumbangkan solusi kreatif dalam menghadapi tantangan di sektor pertanian khususnya perkebunan sawit.
Faiz dalam esainya menyoroti pentingnya penerapan teknologi canggih dalam industri kelapa sawit. Permintaan global terhadap minyak kelapa sawit terus meningkat hingga mencapai 77,9 juta ton pada tahun 2023. Namun, industri ini juga menghadapi tantangan besar terkait isu keberlanjutan, seperti deforestasi, penggunaan pestisida berlebihan, dan konflik sosial akibat ekspansi lahan.
Untuk mengatasi permasalahan ini, dia menawarkan solusi berbasis teknologi AI (artificial intelligence) dan remote sensing yang dapat meningkatkan efisiensi serta menjaga kelestarian lingkungan dalam budidaya kelapa sawit.
Dalam esainya dia menjelaskan bagaimana teknologi AI dan remote sensing dapat membantu pengelolaan perkebunan kelapa sawit secara lebih efisien dan berkelanjutan. Teknologi remote sensing membantu proses pemantauan lahan secara real-time menggunakan citra satelit dan sensor optik. Hal ini berguna untuk mengidentifikasi perubahan penutup lahan dan mendeteksi pembukaan hutan ilegal di area kelapa sawit. RSPO (Roundtable on Sustainable Palm Oil) dapat memanfaatkan data ini untuk memastikan kepatuhan terhadap standar keberlanjutan.
Selain itu, Faiz mengusulkan penggunaan Convolutional Neural Network (CNN) untuk meningkatkan akurasi identifikasi perkebunan kelapa sawit. Pemanfaatan CNN dalam mengidentifikasi perkebunan kelapa sawit akan sangat efektif ketika digunakan pada area dengan tingkat kepadatan dan populasi pohon yang tinggi. Teknologi ini mampu membedakan lahan kelapa sawit dengan vegetasi lain serta menganalisis dampak lingkungan akibat ekspansi perkebunan.
Sejalan dengan pemanfaatan remote sensing, Unmanned aerial vehicle (UAV) yang dilengkapi sensor dan kamera RGB dapat digunakan untuk menciptakan virtual plantation. Teknologi ini dapat memetakan lahan dalam bentuk tiga dimensi yang lebih akurat dan informatif. Dengan adanya virtual plantation, analisis kesehatan tanaman dapat dilakukan dengan lebih presisi, sehingga petani dapat mendeteksi tanda-tanda awal penyakit atau defisiensi nutrisi.
Selain itu, teknologi ini dapat membantu dalam prediksi waktu panen yang lebih akurat, sehingga meningkatkan efisiensi produksi. Dengan teknologi ini, industri kelapa sawit dapat menerapkan praktik pertanian presisi yang lebih ramah lingkungan dan hemat biaya.
“Saya melihat bahwa teknologi AI dan remote sensing memiliki potensi besar dalam mengoptimalkan sektor pertanian, khususnya dalam industri kelapa sawit. Sebagai mahasiswa Rekayasa Pertanian ITB, saya merasa penting untuk mengkaji bagaimana inovasi teknologi dapat diterapkan dalam pertanian presisi guna meningkatkan efisiensi dan keberlanjutan. Dengan kemajuan teknologi digital saat ini, kita memiliki peluang besar untuk mendorong transformasi pertanian menuju sistem yang lebih cerdas dan ramah lingkungan. Oleh karena itu, saya mengangkat tema ini dalam esai saya sebagai upaya untuk menggagas solusi yang dapat berdampak positif bagi industri pertanian di Indonesia,” papar Faiz dalam keterangan tertulis Humas ITB dikutip Selasa (8/4).
Keberhasilan Faiz dalam Lomba Esai GMAE 2024 menunjukkan bahwa integrasi teknologi digital dalam pertanian bukan lagi sekadar konsep, tetapi merupakan kebutuhan mendesak dalam menghadapi tantangan industri modern. Dengan pemanfaatan AI dan remote sensing, budidaya kelapa sawit dapat menjadi lebih presisi, ramah lingkungan, serta memberikan manfaat ekonomi yang lebih besar bagi para pelaku industri.







Komentar Via Facebook :