https://www.elaeis.co

Berita / Kalimantan /

Limbah Cangkang Sawit Jadi Solusi Persoalan Pupuk di Sepaku

Limbah Cangkang Sawit Jadi Solusi Persoalan Pupuk di Sepaku

Tim pengabdian pada masyarakat ITK menyerahkan reactor pembakar secara simbolis kepada petani sawit Sepaku. foto: Humas ITK


Balikpapan, elaeis.co – Tim dosen Institut Teknologi Kalimantan (ITK) melakukan inovasi untuk mengubah limbah sawit menjadi produk bernilai tambah.

Limbah tersebut adalah cangkang sawit dan hasil olahannya berupa pupuk organik.

Kegiatan ini merupakan bagian dari pengabdian kepada masyarakat yang juga melibatkan mahasiswa ITK. Tim diketuai Umi Sholikah dengan anggota Moch. Purwanto, Ashadi Sasongko, Fadhil Muhammad Tarmidzi, dan Tegar Palyus Fqar. Dana untuk kegiatan pengolahan limbah ini berasal dari hibah internal Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat ITK.

Umi menyebutkan, lokasi kegiatan ini dipilih di Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara, Provinsi Kalimantan Timur. "Minyak kelapa sawit yang diproduksi dalam jumlah besar di wilayah Sepaku menghasilkan limbah cair dan padat, terutama berupa cangkang kelapa sawit," jelasnya dalam rilis Humas ITK, Rabu (13/9).

Untuk mengatasi masalah penumpukan limbah padat sawit, telah dilakukan berbagai upaya salah satunya adalah melalui teknologi daur ulang menjadi produk bernilai tinggi seperti pupuk organik atau kompos. "Pengomposan merupakan solusi berkelanjutan yang bertujuan untuk menjaga lingkungan, keselamatan manusia, dan menciptakan nilai ekonomi bagi kelompok tani di wilayah tersebut," sebutnya.

"Penggunaan pupuk organik/kompos juga membantu melindungi lingkungan dengan mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia yang berpotensi merusak tanah. Selain itu, pengomposan secara tidak langsung juga membantu mengurangi limbah organik dan penumpukan sampah," sambungnya.

Penanganan limbah padat dari industri kelapa sawit menjadi pupuk organik/kompos di wilayah Sepaku membawa manfaat yang besar bagi masyarakat. Wilayah Kecamatan Sepaku, yang mayoritas terdiri dari perbukitan dengan tanaman kelapa sawit yang luas, menjadikan sebagian besar penduduknya bekerja sebagai petani kelapa sawit.

"Oleh karena itu, inisiatif penggunaan limbah cangkang kelapa sawit menjadi pupuk organik di wilayah ini menjadi sangat penting. Hal ini tidak hanya akan membantu petani dalam memenuhi kebutuhan pupuk kelapa sawit mereka, tetapi juga akan mendukung ketahanan pangan di wilayah calon Ibu Kota Nusantara," paparnya.

Kegiatan ini diawali dengan melakukan survei dan berdiskusi dengan stakeholder setempat untuk mengidentifikasi kebutuhan dan melibatkan kelompok tani yang ada di Sepaku. Setelah survei, tim mulai menginisiasi pembuatan sampel berupa pupuk cair dan arang dari sisa pembakaran.

Setelah itu, tim melaksanakan kegiatan sosialisasi yang disampaikan oleh Moch. Purwanto. Acara ini dihadiri oleh sekitar 30 ketua kelompok tani. Kegiatan dimulai dengan pretest kepada peserta yang sangat antusias karena tim ITK telah mengembangkan solusi untuk masalah pupuk kimia yang mahal dan sulit ditemukan.

Pemaparan yang berlangsung selama sekitar 2 jam dilanjutkan dengan sesi tanya jawab yang aktif, para peserta mengajukan pertanyaan seputar efektivitas pupuk dan proses pembuatannya. Setelah pemaparan, peserta diajak untuk melakukan praktik pembuatan pupuk cair secara langsung. Proses ini memakan waktu sekitar 2 jam, mulai dari persiapan hingga pupuk siap digunakan.

Pada tahap akhir kegiatan, peserta diberikan post-test untuk mengukur pemahaman mereka terhadap pelatihan ini. "Kegiatan pengabdian pada masyarakat ini secara resmi ditutup dengan menyerahkan reactor pembakar yang diharapkan akan digunakan oleh kelompok tani di sekitar ibu kota Nusantara untuk menghasilkan pupuk organik," sebutnya.


 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :