Berita / Sumatera /
Lebih Mahal dari TBS, Belum Ada yang Garap Bisnis Serat Sawit di Bengkulu
Serat kelapa sawit yang sudah dikeringkan. foto: ist.
Bengkulu, elaeis.co - Bea Cukai belum mencatat adanya kegiatan ekspor serat kelapa sawit (fiber) dari Provinsi Bengkulu. Padahal permintaan komoditas ini cukup tinggi baik di pasar dalam negeri maupun luar negeri.
Serat kelapa sawit adalah sisa pemerasan buah sawit di mesin pres pabrik kelapa sawit (PKS), bentuknya seperti benang bewarna kuning kecoklatan. Pengolahan 1 ton sawit menghasilkan serat sekitar 120 kg.
Serat sawit bisa digunakan sebagai bahan bakar biomassa pengganti solar dan batubara di pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), bahan baku industri bubur kertas, dan pupuk organik.
Mengingat banyaknya PKS di daerah ini, Bengkulu menghasilkan banyak serat sawit. "Tapi kami tidak menemukan adanya aktivitas ekspor serat kelapa sawit di Bengkulu," kata Perwakilan Kantor Bea Cukai Bengkulu, Fernanda, kemarin.
Belum adanya aktivitas ekspor komoditas tersebut memunculkan tanda tanya. Namun Fernanda tidak bisa memberi jawaban pasti. "Belum ada penjelasan resmi dari pihak terkait. Tapi mungkin saja memang belum ada eksportir yang meliriknya di Bengkulu," tukasnya.
Menurutnya, bea cukai siap memfasilitasi ekspor serat kelapa sawit di Bengkulu. "Harganya mahal, per 250 gram saat ini bisa dihargai Rp 10 ribu. Lebih mahal dibandingkan harga TBS kelapa sawit," ugkapnya.
"Ini peluang emas sebenarnya. Permintaan dari pasar internasional cukup tinggi, pendapatan perusahaan berpotensi naik jika serius menggarap bisnis serat kelapa sawit," tambahnya.
Dia berharap pemerintah daerah dan pihak terkait memberikan dukungan seperti pembenahan infrastruktur dan kemudahan administrasi untuk mendorong minat eksportir. "Kalau potensi serat kelapa sawit dimanfaatkan maksimal, akan memberikan manfaat bagi semua pihak yang terlibat," tutupnya.







Komentar Via Facebook :