https://www.elaeis.co

Berita / Sumatera /

Lebih 46 Ribu Hektar Lahan Perkebunan di Sumsel Potensial untuk Tusip Padi Gogo

Lebih 46 Ribu Hektar Lahan Perkebunan di Sumsel Potensial untuk Tusip Padi Gogo

Kepala BSIP Sumsel Dr. Suharyanto menjadi narasumber pada rapat Monitoring dan Evaluasi Kegiatan Pengembangan Komoditas Pangan di Sumsel. Foto: BSIP Sumsel


Palembang, elaeis.co – Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura (DPTPH) Sumatera Selatan (sumsel) menggelar rapat Monitoring dan Evaluasi Kegiatan Pengembangan Komoditas Pangan di Sumsel. Rapat dihadiri oleh seluruh Kepala Dinas Pertanian dari 17 kabupaten/kota di Sumsel beserta Kepala Bidang TPH serta Kepala BPS Sumsel.

Pada rapat ini, Kepala Balai Penerapan Standar Instrumen Pertanian (BSIP) Sumsel Dr. Suharyanto tampil sebagai nara sumber untuk program tumpang sari atau tumpang sisip (tusip) padi gogo.

Kepada peserta rapat Suharyanto mengungkapkan, sesuai dengan Kepmentan 243/Kpts/OT.050/M/04/2024 tentang Satuan Tugas Antisipasi Darurat Pangan, Provinsi Sumsel memiliki target potensi areal tanam padi gogo seluas 46.298 hektar.

“Areal tanam itu tersebar di Kabupaten Banyuasin, Kota Prabumulih, Ogan Komering Ilir, Muara Enim, Lahat, Musi Rawas, Musi Rawas Utara, dan Musi Banyuasin,” sebutnya dalam keterangan resmi BSIP Sumsel dikutip elaeis.co Rabu (1/1).

Dia melanjutkan, perluasan areal tanam (PAT) padi gogo dilakukan dengan pendekatan tumpang sisip di antara tanaman perkebunan. Untuk komoditas kelapa sawit, PAT dengan pola tusip dilakukan di areal Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) pada kondisi tanaman belum menghasilkan tahun pertama (TBM 1) ataupun TBM 2.

“Tujuannya agar pertumbuhan padi gogo menjadi optimal, tidak saling berkompetisi baik dalam hal unsur hara maupun cahaya matahari,” paparnya.

PAT padi gogo dilaksanakan tidak hanya dengan pendekatan optimalisasi lahan dengan tusip di antara kelapa sawit, namun juga dengan komoditas perkebunan lainnya seperti kelapa, karet, maupun kopi.

“Bahkan juga dapat ditanam secara monokultur pada lahan-lahan petani, kelompok masyarakat, kelompok tani hutan, dan lainnya yang memungkinkan dapat tumbuh dan berkembang secara optimal pada agroekosistem yang sesuai dan sesuai dengan regulasi yang ada,” tukasnya.

Dia menyebutkan, produktivitas padi gogo secara nasional selama sepuluh tahun terakhir berada di kisaran 3,2 ton per hektar. Hal ini memberikan peluang untuk introduksi VUB padi gogo dalam hal peningkatan produktivitas.

“Penggunaan benih Inpago (Inbrida Padi Gogo) maupun Rindang dan Luhur diharapkan dapat mengungkit produktivitas. Beberapa varietas padi inbrida lain yang memiliki toleransi pada lahan-lahan kering adalah Situbagendit, Mekongga, Ciherang, serta Inpari 38, 39, dan 40,” tutupnya.


 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :