https://www.elaeis.co

Berita / Nasional /

Krisis Penyerbuk Sawit, BRIN Siapkan ‘Kumbang Super’ Penyelamat Produktivitas Sawit

Krisis Penyerbuk Sawit, BRIN Siapkan ‘Kumbang Super’ Penyelamat Produktivitas Sawit


Jakarta, elaeis.co – Penyerbukan sawit makin lemah, produktivitas turun drastis, BRIN kini tengah menyiapkan “kumbang super” hasil rekayasa genetik yang digadang jadi penyelamat sawit Indonesia dari krisis penyerbukan.

Produktivitas kelapa sawit nasional kini menghadapi tantangan serius akibat menurunnya populasi Elaeidobius kamerunicus, serangga mungil asal Afrika yang berperan penting dalam penyerbukan bunga sawit. Populasi yang kian berkurang di sejumlah daerah membuat tingkat fruit set atau pembentukan buah ikut merosot.

Akibatnya, banyak perusahaan perkebunan kembali mengandalkan metode penyerbukan buatan (aspol), yang membutuhkan biaya tenaga kerja tinggi dan waktu lebih panjang. Untuk menjawab persoalan ini, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) tengah mengembangkan generasi baru serangga penyerbuk sawit yang disebut Elaeidobius kamerunicus super.

Menurut Kepala Pusat Riset Tanaman Perkebunan BRIN, Setiari Marwanto, riset ini dilakukan melalui eksplorasi genetik dan pemuliaan selektif yang mencakup kajian ekologi, morfologi, serta karakteristik molekuler. 

“Tahun 2025 kami fokus pada eksplorasi dan identifikasi berbagai jenis Elaeidobius di Indonesia. Pada 2026 akan dilakukan uji jelajah dan pengembangan teknologi perbanyakan. Targetnya, di 2027 kami bisa menghasilkan super Elaeidobius dengan keunggulan tertentu,” ujarnya.

Riset BRIN ini juga mendapat dukungan dari Perhimpunan Ilmu Pemuliaan dan Perbenihan Sawit Indonesia (PIPPSI). Organisasi tersebut melakukan eksplorasi ke Tanzania untuk mencari spesies baru yang berpotensi menjadi penyerbuk sawit yang lebih efektif. 

Tim PIPPSI mengirim dua entomolog guna meneliti tujuh spesies potensial, dengan kandidat utama E. subvittatus, serangga berukuran kecil yang mampu menjangkau bagian terdalam bunga betina sawit.

“Populasi E. kamerunicus mulai melemah akibat degradasi habitat dan perubahan iklim mikro di kebun. Kita perlu solusi jangka panjang agar penyerbukan kembali optimal tanpa terlalu bergantung pada aspol,” jelas Cahyo Sri Wibowo, Wakil Ketua PIPPSI.

Selain itu, para peneliti juga menguji berbagai metode untuk mendukung keberlangsungan populasi penyerbuk, seperti teknik over pruning (pemangkasan berlebih), hatch and carry (penetasan dan penyebaran serangga hasil budidaya), serta penggunaan zat pemikat (attractant) yang ramah lingkungan.

Meski begitu, Cahyo mengakui, aspol masih menjadi pilihan utama saat ini. “Biaya tenaga kerja memang meningkat, tapi hasilnya sebanding dengan kenaikan produksi fruit set,” katanya.

Jika riset BRIN dan PIPPSI berhasil, maka Indonesia akan menjadi negara pertama yang mampu menghasilkan serangga penyerbuk sawit hasil pemuliaan genetik. Sebuah langkah kecil yang bisa berdampak besar bagi masa depan produktivitas industri sawit nasional.

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :