https://www.elaeis.co

Berita / Nasional /

Koperasi Didorong Punya Pabrik Sendiri, Petani Sawit Antre Beli Minyak Goreng Jangan Sampai Terulang

Koperasi Didorong Punya Pabrik Sendiri, Petani Sawit Antre Beli Minyak Goreng Jangan Sampai Terulang

Wakil Menteri Koperasi Ferry Juliantono. Foto: Humas


Jakarta, elaeis.co - Kementerian Koperasi (kemenkop) akan menjalankan sejumlah program prioritas untuk mendukung peningkatan kapasitas koperasi nasional dengan mensinergikan dengan program besar Presiden Prabowo Subianto.

Wakil Menteri Koperasi Ferry Juliantono, mengatakan, diantara program prioritas Kemenkop yaitu menyukseskan program produksi minyak goreng untuk rakyat dan suplier bahan pokok untuk makan bergizi gratis. Khusus terkait minyak goreng, Kemenkop akan membantu petani sawit agar bisa memiliki fasilitas pengolahan melalui kelembagaan koperasi.

Dia mengaku prihatin melihat banyak petani sawit terpaksa ikut antre membeli minyak goreng saat terjadi kelangkaan beberapa waktu lalu. “Mereka adalah bagian dari industri kelapa sawit, tapi harus mengantre untuk mendapatkan minyak goreng,” katanya dalam pernyataan resmi dikutip elaeis.co Kamis (9/1).

Karena itulah pemerintah akan mendorong kemandirian petani sawit lewat koperasi agar bisa mengelola pabrik sendiri. Disebutkannya, dengan berhimpun di koperasi, maka petani sawit yang umumnya memiliki kebun seluas 10 hingga 50 hektare, akan bisa membangun pabrik minyak kelapa sawit atau Crude Palm Oil (CPO) sendiri.

"Sebenarnya pengelolaan sendiri sawit hasil panen sangat dimungkinkan dilakukan oleh koperasi. Makanya Kemenkop minta supaya koperasi bisa bangun pabrik CPO sendiri. Bahkan kita juga akan mendorong agar koperasi bisa terlibat dalam produksi minyak goreng dengan memiliki pabrik sendiri," sebutnya.

Selain koperasi petani sawit, Kemenkop juga akan mendorong koperasi peternak sapi perah agar bisa memiliki pabrik pengolahan susu sendiri. Upaya ini untuk mencegah terjadinya kelebihan stok sehingga tidak mampu terserap oleh industri.

Baru-baru ini sempat heboh koperasi peternak sapi perah di Boyolali, Jawa Timur, membuang susu hasil produksinya akibat tidak ada yang membeli. “Produksi koperasi peternak sapi perah kita tidak semuanya bisa terserap oleh industri pengolahan susu, karena memang impor susu dalam bentuk skim bubuk itu mencapai 3,7 juta ton,” ungkapnya.

“Hal-hal seperti inilah yang membuat kami berpendapat bahwa koperasi petani maupun peternak harus punya pabrik pengolahan sendiri," pungkasnya.

 

 

Komentar Via Facebook :