https://www.elaeis.co

Berita / Nasional /

Konsumsi CPO Domestik 2024 Diprediksi Naik, Bagaimana Nasib Ekspor?

Konsumsi CPO Domestik 2024 Diprediksi Naik, Bagaimana Nasib Ekspor?

Mandatori biodiesel B35 menyebabkan konsumsi CPO domestik meningkat. foto: Gapki


Jakarta, elaeis.co - Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) memperkirakan produksi minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) tahun ini hanya naik sekitar 4% menjadi 55,8 juta ton.

Di saat yang sama, konsumsi CPO domestik diprediksi bakal meningkat. Dalam webinar Outlook Perkebunan 2024 yang digelar Gamal Institute, Selasa (30/1), Direktur Eksekutif GAPKI Mukti Sardjono mengatakan, tahun lalu konsumsi CPO nasional mencapai 23,28 juta ton. "Tahun ini konsumsi CPO diperkirakan akan naik sekitar 9,08% menjadi 25,40 juta ton," katanya.

Menurutnya, mandatori biodiesel B35 merupakan salah satu pendorong utama meningkatnya konsumsi CPO domestik. Produksi biodiesel tahun ini diprediksi menyerap CPO domestik hingga 11,6 juta ton, naik dari tahun 2023 yang diproyeksikan sebesar 10,61 juta ton. Serapan CPO akan lebih tinggi karena pemerintah berencana akan menaikkan mandatori biodiesel dari B35 ke B40 bahkan B45.

"Selain biodiesel, konsumsi CPO domestik juga untuk kebutuhan pangan sekitar 11,2 juta ton dan untuk oleochemical sekitar 2,6 juta ton," sebutnya.

Peningkatan konsumsi domestik di tengah produksi yang relatif tak meningkat signifikan akan menyebabkan volume ekspor CPO makin tergerus. Namun hal ini sebenarnya bukan kabar yang menakutkan karena akan diimbangi oleh ekspor produk turunan.

"Tahun 2019 ekspor CPO Indonesia mencapai 7,4 juta ton, tahun 2022 hanya 3,4 juta ton. Pada 2023 ekspor CPO hanya 2,6 juta ton, sementara produk refinery 19,7 juta ton dan oleochemical 3,8 juta ton. Artinya makin sedikit yang diekspor dalam bentuk bahan baku, selebihnya sudah hasil hilirisasi," tukasnya.

Dia menyebutkan, devisa ekspor pada 2022 mencapai USD 39,07 milyar, naik signifikan dari tahun 2023 sebesar USD 25,58 milyar. "Negara tujuan utama ekspor sawit antara lain Cina, India, Pakistan, Timur Tengah, Banglades, dan Uni Eropa," bebernya.

Dia menambahkan, produksi CPO belum meningkat signifikan disebabkan sejumlah hal. Salah satunya realisasi program Peremajaan Kelapa Sawit Rakyat (PSR) yang masih rendah. "Dampaknya belun signifikan dalam meningkatkan produksi," ujarnya.

"Pemupukan juga jadi masalah, sebab petani sawit tidak lagi mendapatkan alokasi pupuk bersubsidi dan berdampak pada produksi," tambahnya.

 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :