https://www.elaeis.co

Berita / Sumatera /

Kompos dari Janjang Kosong Sawit Diminati Petani, ini Sebabnya

Kompos dari Janjang Kosong Sawit Diminati Petani, ini Sebabnya

Lokasi pembuatan pupuk kompos berbahan baku JKKS. foto: BPP Jambi


Muara Sabak, elaeis.co - Pada umumnya kondisi lahan pertanian sudah mengalami penurunan kualitas akibat penggunaan pupuk anorganik secara terus menerus sehingga unsur-unsur hara di dalam tanah tidak dapat diserap maksimal oleh akar tanaman.

Keadaan seperti ini salah satunya disebabkan oleh berkurangnya jumlah bakteri pengurai di dalam tanah. Bakteri ini bertugas untuk mengurai maupun melepaskan ikatan-ikatan unsur hara yang ada di dalam tanah sehingga unsur-unsur tersebut dapat diserap oleh akar tanaman dengan optimal.

Penyerapan unsur hara ini sangat mempengaruhi petumbuhan tanaman. Beberapa contoh bahan untuk dapat menambah bakteri pengurai yaitu limbah tanaman, kotoran hewan seperti sapi, kambing, ayam dan lainnya.

Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesan Swadaya (P4S) Suka maju di Kabupaten Tanjung Jabung Timur yang merupakan binaan Balai Pelatihan Pertanian (BPP) Jambi membuat terobosan dengan mengolah abu janjang kosong kelapa sawit (JKKS) menjadi kompos dengan penambahan bahan organik lainnya seperti kotoran sapi, rumput dan ditambah bahan fermentor untuk mempercepat pengomposan.

P4S yang diketui oleh Parli ini sudah menjalin kerjasama dengan pabrik kelapa sawit (PKS) di sekitar wilayahnya sehingga tidak memerlukan biaya untuk pembelian abu janjang di pabrik. “Saya hanya membawa truk dan minta izin manajer PKS untuk mengambil abu janjang kosong," katanya.

Hasil kompos olahan P4S Suka Maju diminati oleh banyak petani, khususnya petani hortikukultura. "Kami jual dengan harga Rp 1000/kg," sebutnya.

Sub Koordinator Penyelenggara Pelatihan BPP Jambi, Hidayat MM berharap agar ke depan pihaknya bisa menularkan inovasi-inovasi produk kompos ke masyarakat sekitar melalui pelatihan-pelatihan sehingga masyarakat bisa membuat sendiri. "Minimal untuk mencukupi kebutuhannya sendiri sehingga tidak selalu bergantung pada pemakaian pupuk kimia," tukasnya.

Dia juga berharap adanya penguatan kelembagaan P4S dengan menjalin kerjasama dengan kelompok tani sekitarnya dalam memproduksi kompos. "Sehingga bisa sebagai modal dalam menjalin kerjasama dengan perusahan yang lebih besar," harapnya.

Pada beberapa kesempatan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) kerap mengingatkan kepada petani agar tidak terlalu bergantung pada pupuk kimia untuk mengikis biaya operasional bercocok tanam. Para ahli pun menyatakan bahwa lahan pertanian sebenarnya membutuhkan pupuk organik sebagai sumber pupuk dan zat hara, bukan dari pupuk buatan atau pupuk kimia.

Kepala BPPSDMP Dedi Nursyamsi juga menyampaikan bahwa P4S merupakan lembaga pelatihan yang didirikan, dimiliki dan dikelola oleh petani secara swadaya, baik perorangan maupun kelompok. "Selain itu P4S juga berperan aktif dalam pembangunan pertanian melalui pengembangan SDM pertanian dalam bentuk pelatihan dan pemagangan dari, oleh, dan untuk petani serta masyarakat pedesaan” ujarnya.
 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :