https://www.elaeis.co

Berita / Sumatera /

Kesejahteraan Petani Sawit Berpotensi Turun, ini Sebabnya

Kesejahteraan Petani Sawit Berpotensi Turun, ini Sebabnya

Ilustrasi petani sawit mengumpulkan hasil panen. Foto: Adin Salihin


Medan, Elaeis.co - Kenaikan harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) di pasar global beberapa bulan belakangan berpengaruh besar pada kesejahteraan petani sawit di Sumatera Utara (sumut). Sebab, harga tandan buah segar (TBS) produksi petani ikut terkerek. 

Menggunakan istilah Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, situasi positif ini membuat nilai tukar petani perkebunan rakyat (NTPR) meningkat dan berpengaruh besar pada nilai tukar petani (NTP) secara umum. 

"NTPR yang meningkat mengindikasikan bahwa daya beli petani Sumut membaik. Dan tingkat kesejahteraan petani perkebunan Sumut berada di atas semua petani lainnya. Pemicunya adalah harga CPO yang meroket hingga mencapai RM 5.000-an per ton. Ini yang menjadi pemicu kenaikan NTPR di Sumut," kata Gunawan Benjamin, pakar ekonomi sekaligus akademisi di sejumlah kampus di Kota Medan, kepada Elaeis co, Minggu (5/12/2021) sore.

Namun dia meragukan keberlanjutan kesejahteraan petani sawit Sumut ke depannya. Sebab, saat ini harga CPO mulai mengalami penurunan walau lambat. Selain itu, ia melihat fundamental harga CPO rapuh. "Tidak kuat, tidak berdasarkan harga pasar global yang sesungguhnya," ujarnya.

Kata Gunawan, harga CPO terkoreksi karena terpengaruh oleh turunnya harga minyak dunia yang sangat tajam. Penurunan yang sangat tajam itu, sambungnya, lebih dikarenakan ekspektasi pemulihan yang tersendat sejak kehadiran varian Covid-19 baru, Omicron.

"Dari aksi mengekor harga minyak dunia, saya berkesimpulan kalau CPO di pasar global lebih banyak diperuntukkan sebagai bahan biodiesel ketimbang diolah menjadi bahan makanan," sebutnya.

Ia lalu membandingkan dengan saingan CPO, yakni harga minyak kedelai yang justru mengalami tren naik.  Dalam kurun waktu yang sama, harga kedelai global dijual di kisaran US$ 1.475 per metrik ton. 

Kata Gunawan, di akhir November lalu, harga CPO dan kedelai tidak jauh berbeda. Selisihnya hanya sekitar US$ 80-an.

"Tetapi sekarang selisih harga keduanya mencapai USS$ 150-an lebih. Sangat berbeda dari pergerakan sebelumnya, di mana saat harga kedelai dunia mengalami penurunan," katanya.

"Tren kenaikan harga komoditas pangan di sejumlah negara besar, yang dicerminkan dengan kinerja inflasi, ternyata tidak memberikan andil besar bagi kenaikan harga CPO," tambahnya. 


 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :