https://www.elaeis.co

Berita / Nasional /

Kerap Digaungkan Gibran, Begini Arti dan Cerita Hilirisasi Sawit yang Progresnya Cukup Panjang

Kerap Digaungkan Gibran, Begini Arti dan Cerita Hilirisasi Sawit yang Progresnya Cukup Panjang

Debat Cawapres 2024, Gibran Rakabuming Raka menanggapi pernyataan Cawapres 01 Cak Imin. (Tangkapan layar)


Jakarta, elaeis.co - Calon Wakil Presiden (Cawapres) nomor urut 02, Gibran Rakabuming Raka sering kali mengucapkan hilirisasi dalam debat Pemilu 2024.

Bahkan, dalam dua kali debat, Walikota Solo itu acap kali menggaungkan hilirisasi sebagai salah satu programnya dengan Capres Prabowo Subianto.

Terus, apa sebenarnya arti hilirisasi?

Dilansir dari situs resmi Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Intitute (PASPI), Direktur Eksekutif PASPI Tungkot Sipayung menyebut bahwa hilirisasi merupakan tahap pengolahan produk dari bahan mentah menjadi barang yang memiliki nilai lebih tinggi dan siap dijual kepada konsumen akhir.

Jadi, apabila sebelumnya Indonesia hanya mengekspor minyak sawit mentah, maka kini Indonesia mengolah terlebih dahulu minyak sawit mentah menjadi bahan bakar nabati berbasis sawit seperti biodiesel. Ini akan membuat harga jual jadi bertambah dan ekonomi Indonesia tidak bergantung pada harga komoditas mentah yang fluktuatif.

Bahkan, jika merunut dalam menjalankan program hilirisasi kelapa sawit Indonesia, Kementerian Perindustrian sebetulnya juga sudah menerapkan bauran kebijakan atau policy mix.

Ini juga sesuai dengan PP Nomor 14 Tahun 2015 tentang Rencana Induk Pengembangan Industri Nasional 2015-2035, dan beberapa peraturan tentang kebijakan industri nasional.

Pengembangan industri hilir sawit ini juga sudah diatur melalui Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 13 tahun 2010 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Perindustrian nomor 111/M-IND/PER/10/2009 tentang Peta Panduan Pengembangan Klaster Industri Hilir Kelapa Sawit, yang menjadi prakarsa penentuan prioritas pengembangan industri hilir sawit.

 

Dalam itu, terdapat dua kebijakan dalam mempercepat pertumbuhan populasi industri hilir kelapa sawit Indonesia, yakni kebijakan fiskal tarif bea keluar progresif sesuai rantai nilai industri, serta insentif perpajakan bagi investasi baru atau perluasan sektor industri oleofood, oleochemical, dan biofuel.

Kedua kebijakan ini dinilai efektif dalam mendorong hilirisasi industri kelapa sawit.

Dalam sejarahnya, hilirisasi industri kelapa sawit memang sudah lama berjalan. Dari data 2007, volume ekspor minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) sudah sekitar 60 persen dari total ekspor kelapa sawit nasional.

Namun, nilai tambah CPO yang merupakan bahan baku industri pangan, nonpangan dan biofuel di negara tujuan ekspor, kurang dinikmati oleh domestik.

Saat akhir 2007, jumlah atau ragam jenis produk hilir turunan kelapa sawit dan minyak sawit yang dihasilkan di Indonesia saat itu hanya sekitar 54 jenis. Tapi awal tahun 2024, jumlahnya sudah berkembang menjadi 179 jenis di antaranya meliputi produk oleofood dan oleochemical.

Begitu juga pada 2010, kapasitas pabrik pengolahan CPO kala itu rata-rata hanya sekitar 25 juta ton. Namun melalui kebijakan hilirisasi, kapasitas refinery pun meningkat tiga kali lipat menjadi 75 juta ton pada 2022.

Begitu juga kapasitas terpasang pabrik biodiesel saat ini telah mencapai 17,5 juta ton per tahun. Lalu, kapasitas terpasang industri oleofood juga mencapai 2,7 juta ton per tahun, dan kapasitas terpasang industri oleokimia 11,6 juta ton per tahun.

Kendati progresnya cukup panjang, tapi pencapaian gemilang itu semua merupakan hasil dari kebijakan hilirisasi industri kelapa sawit di Indonesia. 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :