Berita / Nasional /
Kemarau Sebabkan Buah Sawit Terlambat Matang, Gapki Prediksi Produksi Tetap Naik
Ketua Umum Gapki Eddy Martono, Bendahara Umum Gapki Mona Surya, dan Sekjen Gapki M Hadi Sugeng. foto: Dok. Gapki
Jakarta, elaeis.co - Produksi sawit nasional berpotensi turun. Biangnya, kemarau panjang akibat El Nino. Kurangnya hujan menyebabkan proses pematangan buah sawit tertunda.
"Dampak El Nino tidak langsung terasa pada tahun ini. Tahun ini paling terjadi keterlambatan panen. Artinya, matangnya buah mengalami keterlambatan kalau tidak terjadi hujan,” kata Eddy Martono, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) dalam konferensi pers, Selasa (3/10).
Terkait produksi tahun depan, dia tidak menampik kemungkinan terjadi penurunan. "Kalau perawatan sawit sebelum terjadi kekeringan tidak bagus, ada kemungkinan di tahun depan akan terjadi penurunan produksi. Tetapi kalau pemeliharannya bagus sebelum terjadi kemarau, hanya terjadi keterlambatan panen di tahun ini,” jelasnya.
Dia menambahkan, El Nino pada tahun ini tidak separah tahun 2015 dan tahun 2019. Sebab, meski curah hujan rendah, masih terjadi hujan di wilayah Sumatera dan Kalimantan selama beberapa bulan ini.
"El Nino tahun 2015 dan 2019 berlangsung cukup panjang, sehingga menyebabkan terjadi penurunan produksi sawit bahkan hingga dua tahun setelahnya," ungkapnya.
Terkait harga, Eddy mengatakan, hingga akhir tahun, harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) diprediksi bergerak di rentang US$900-US$910 per ton dan berpeluang naik ke level US$1.000 per ton. "Kalau soal fluktuasi, harga komoditas memang selalu berayun," ujarnya.
Sekjen Gapki, M Hadi Sugeng menambahkan, penundaan panen yang terjadi pada beberapa kebun anggota Gapki akibat curah hujan rendah menyebabkan produksi Crude Palam Oil (CPO) dan Palm Kernel Oil (PKO) pada tahun ini tidak naik signifikan.
“Kita asumsikan produksi akan tetap tumbuh, tapi mungkin hanya sekitar 5%, di bawah 10%. Sehingga kita prediksi di tahun ini bisa mencapai 54 juta ton. CPO-nya 49 juta ton, naik dari tahun lalu 46 juta ton. Sedang PKO-nya 4,7 juta ton, naik dari tahun lalu sekitar 4,5 juta ton," sebutnya.
"Konsumsi juga diperkirakan naik menjadi sekitar 23 juta ton karena ada efek tambahan dari B35 dengan stok yang kita pertahankan di atas 3,2-3,3 juta ton pada akhir 2023,” tambahnya.
Hingga Juli lalu, produksi CPO dan PKO tumbuh 17% menjadi 32 juta ton. Konsumsi minyak sawit dalam negeri baik untuk pangan, oleokimia maupun biodiesel juga tumbuh 11% menjadi 13 juta ton.
Volume ekspor juga naik signifikan, sekitar 33% atau hampir 19,8 juta ton. Tetapi nilai ekspor mengalami penurunan sekitar 18% menjadi Rp260 triliun dibanding tahun lalu yang mencapai Rp300 triliun.







Komentar Via Facebook :