https://www.elaeis.co

Berita / Kalimantan /

Kelapa Sawit Diserang Isu Negatif, Badan Karantina Indonesia Pasang Badan Bela Petani

Kelapa Sawit Diserang Isu Negatif, Badan Karantina Indonesia Pasang Badan Bela Petani

Deputi Bidang Karantina Tumbuhan, Bambang MM. Dok.Istimewa


Kalbar, elaeis.co - Di tengah derasnya kampanye hitam terhadap kelapa sawit, Badan Karantina Indonesia menegaskan komitmennya untuk berdiri di garda depan membela petani. 

Deputi Bidang Karantina Tumbuhan, Bambang MM, menilai sudah saatnya stigma negatif yang melekat pada sawit diluruskan dengan fakta yang sebenarnya.

“Kelapa sawit sering diserang dengan persepsi negatif, padahal sawit adalah tanaman paling produktif menghasilkan minyak dan energi. Bahkan, sawit bisa menjadi penyelamat hutan tropis dunia ketika energi fosil habis,” tegas Bambang dalam kegiatan Indonesian Palm Oil Smallholder Conference and Expo (IPOSC) ke-5 di Kubu Raya, Kalimantan Barat, Rabu (24/9).

Menurut Bambang, kelapa sawit telah terbukti menjadi salah satu komoditas perkebunan paling efisien di dunia. Dengan produktivitas tinggi, satu hektare kebun sawit mampu menghasilkan minyak lebih banyak dibandingkan kedelai, rapeseed, atau bunga matahari. 

Artinya, untuk memenuhi kebutuhan energi nabati global, sawit justru bisa mengurangi tekanan terhadap hutan karena tidak membutuhkan lahan seluas tanaman minyak nabati lain.

“Sayangnya, isu lingkungan sering dipelintir menjadi senjata untuk menjatuhkan citra sawit. Padahal, faktanya sawit berperan besar dalam ketahanan energi dan pangan dunia,” jelasnya.

Bambang juga menyoroti peran media dalam membentuk opini publik. Menurutnya, media nasional maupun internasional perlu lebih banyak menyoroti kontribusi sawit terhadap kesejahteraan rakyat dan perekonomian negara.

“Suara kebaikan perlu dipublikasikan agar masyarakat dunia sadar bahwa sawit memberi manfaat besar. Kita tidak boleh membiarkan narasi negatif terus mendominasi,” ucapnya.

Lebih jauh, ia menegaskan bahwa serangan kampanye hitam terhadap sawit sejatinya paling merugikan petani kecil. Padahal, jutaan keluarga petani di Indonesia menggantungkan hidup dari komoditas ini.

“Kita harus kompak membela kepentingan nasional. Membela sawit berarti membela petani, membela rakyat kecil yang hidup dari kebun mereka,” tutup Bambang.

Kegiatan IPOSC ke-5 sendiri menjadi ruang diskusi antara pemerintah, petani, akademisi, dan pelaku usaha untuk memperkuat posisi sawit Indonesia di mata dunia. 

Dari forum ini, harapannya lahir strategi komunikasi yang mampu mematahkan stigma negatif sekaligus mengangkat citra positif sawit di pasar global.

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :