Berita / Bisnis /
Kecambah ini Dihargai Pakai Ringgit, Bayarnya Pakai Rupiah
Lahan pengembangan seluas 30 hektar milik PT Mitra Agro Servindo, satu-satunya distributor kecambah produksi FELDA di Indonesia, di Kabupaten Kutai Kartanegera, Kaltim. (Dok. Mitra Agro Servindo)
Medan, Elaeis.co - Nama besar dan kiprah FELDA, salah satu BUMN terbesar di Malaysia yang memiliki usaha di subsektor perkebunan sawit, sudah lama terdengar di Indonesia. Kemampuan FELDA dalam pengembangan perkebunan sawit membuat Malaysia menjadi salah satu price leader atau penentu harga di industri minyak sawit global.
Sejak 2017, FELDA telah melebarkan sayap ke Indonesia melalui pemasaran kecambah. "Kami satu-satunya mitra usaha pemasaran kecambah produksi FELDA untuk dijual di Indonesia," kata Yulian, Seed Marketing PT Mitra Agro Servindo, kepada Elaeis.co, Selasa (7/9/2021).
Kecambah yang didatangkan dari FELDA Malaysia itu dijual ke sejumlah perusahaan dan petani di Indonesia dengan berpatokan pada harga di Malaysia yang menggunakan ringgit.
"Penjualan kecambah dari kami tetap pakai mata uang rupiah, namun harganya dipatok pakai ringgit. Jadi, satu butir kecambah harganya RM2,85, kalau dirupiahkan dengan kurs Rp3.400-an, berarti sekitar Rp8000-an per butir lah, tergantung nilai kurs kedua mata uang ini," ujar Yulian.
Harga tersebut jika pembelian di Jakarta. Bila dikirim ke luar daerah, maka akan ditambah dengan ongkos pengiriman.
Menurutnya, kecambah yang berhasil mereka jual selama 4 tahun terakhir mencapai tiga juta biji dengan pembeli terbesar adalah perusahaan sawit.
"Jumlah perusahaan sawitnya katakanlah sedikit, tapi membelinya dalam jumlah banyak. Beda dengan saudara-saudara kita petani sawit," ujar Yulian.
Mitra Agro Servindo juga telah menyediakan lahan sekitar 30 hektar di Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, untuk pengembangan kecambah yang telah didatangkan dari Malaysia. Ini dilakukan karena pihaknya belum memproduksi bibit sawit, masih memasarkan kecambah.
"Kecambah yang kami pasarkan masih seperti yang diproduksi PPKS, Lonsum, Socfindo," kata mantan praktisi sawit di PT Socfindo ini.
Ia menyebutkan, karena para pembeli rata-rata baru menanam di tahun 2018, maka kemungkinan besar sawit dari kecambah FELDA itu tak lama lagi akan memasuki TM-1 atau masa panen untuk pertama kali.
Untuk di masa depan, Yulian menyebutkan, Mitra Agro Servindo akan mengembangkan kecambah produksi FELDA itu untuk dijual dalam bentuk bibit.
"Maksimal dalam waktu enam tahun kita tak dibolehkan lagi mengimpor. Jadi, kecambah FELDA yang kita pasarkan di Indonesia harus bisa dikembangkan sehingga kecambah dan bibit yang dijual merupakan hasil pengembangan di dalam negeri," kata Yulian.







Komentar Via Facebook :