Berita / Internasional /
Kebut Transisi Energi Bersih, Indonesia Contek Pengembangan Biofuel Brasil
Presiden Prabowo Subianto bertemu Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva. foto: Kemen ESDM
Jakarta, elaeis.co – Indonesia semakin mantap melangkah menuju transisi energi bersih. Hal ini tercermin dari keseriusan pemerintah dalam menjalin kerja sama strategis dengan Brasil, negara yang dikenal sebagai pionir dalam pemanfaatan biofuel.
Dalam kunjungan kenegaraan Presiden RI Prabowo Subianto ke Brasil pada Rabu (9/7) waktu setempat, isu penguatan kerja sama bioenergi menjadi salah satu topik utama yang dibahas dengan Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia, yang turut mendampingi Presiden Prabowo dalam kunjungan tersebut, menyatakan bahwa Brasil adalah mitra penting dalam misi Indonesia untuk mempercepat bauran energi rendah karbon.
“Brasil telah membuktikan diri sebagai pemimpin dalam energi bersih. Mereka menjadi contoh nyata bagaimana bioenergi bisa dimanfaatkan secara optimal untuk pembangunan berkelanjutan,” ujarnya dalam keterangannya, kemarin.
Brasil saat ini mencatat 88% pasokan listriknya berasal dari sumber energi rendah karbon, seperti hidro, angin, surya, dan bioenergi. Salah satu tonggak keberhasilan Brasil adalah produksi bioetanol dari tebu, menjadikannya produsen etanol terbesar kedua di dunia. Model ini dinilai sangat relevan untuk diadaptasi Indonesia, terutama dalam pengembangan biofuel berbasis lokal yang ramah lingkungan.
Komitmen Indonesia untuk mempercepat adopsi energi bersih diwujudkan dalam Peraturan Menteri ESDM No. 4 Tahun 2025 tentang Pengusahaan dan Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (BBN). Regulasi ini mengatur secara menyeluruh pengusahaan, distribusi, hingga pemanfaatan biofuel—khususnya bioetanol—dalam sektor transportasi.
“Permen ini jadi pondasi kuat untuk membangun ekosistem bioenergi nasional. Kerja sama dengan Brasil, khususnya di bidang teknologi dan riset, akan sangat membantu percepatan implementasi di lapangan,” lanjutnya.
Salah satu langkah nyata pemerintah adalah uji pasar Pertamax Green 95, bahan bakar bensin dengan campuran 5% etanol (E5), yang kini sudah tersedia di beberapa SPBU Pertamina.
Indonesia dan Brasil sejatinya telah memiliki Memorandum Saling Pengertian (MSP) sejak 2008, yang mencakup riset, pelatihan, dan kerja sama teknis di sektor energi dan pertambangan. Kunjungan kali ini diharapkan mampu mengaktifkan kembali implementasi teknis dari MoU tersebut, serta membuka peluang investasi dan alih teknologi baru.
Dengan nilai perdagangan bilateral mencapai USD6,34 miliar di tahun 2024, kerja sama energi antara Indonesia dan Brasil berpotensi memperkuat posisi kedua negara dalam menghadapi tantangan iklim global.







Komentar Via Facebook :