Berita / Sumatera /
Kebun Sawit Organik ala Ustadz Imron
Ustadz Imron memegang jamur sawit yang tumbuh secara alami. Foto: Febri/elaeis.co
Kuala Tungkal, elaeis.co – Sudah empat tahun ustadz Imron tak lagi menggunakan pupuk kimia. Bukan hanya itu, ia juga tak lagi memakai pestisida atau racun kimia jenis apapun. Kebun sawitnya di Desa Suban, Kecamatan Batang Asam, Kabupaten Tanjungjabung Barat, Jambi, hanya dipupuk menggunakan jangkos tanpa tambahan lain.
Imron mengisahkan, mulanya tanaman sawitnya kering dan seperti sudah hampir mati karena jenis tanah di kebunnya merupakan tanah berpasir.
“Waktu itu kondisi sawitnya kurang bagus. Tahu sendirilah kalau tanah di pasir itu bagaimana, pertumbuhan jadi kurang,” katanya pada elaeis, Sabtu (17/9).
Lalu dia merawat kebunnya dengan menebar jangkos. "Lumayan banyak, sebab ditebar rata 100 persen supaya tidak ada gulma yang tumbuh. Kalau kita tebar rata butuh sekitar 60 mobil, harga per mobil Rp 400-500 ribu,” ungkapnya.
Menurutnya, pengeluaran tersebut cukup besar dan cukup berat bagi petani pada umumnya. Jika diasumsikan harga TBS di daerah itu Rp 1.500/kg, maka penghasilan dalam sebulan dari TBS hanya Rp 7,2 juta. Sedangkan pengeluaran untuk jangkos mencapai Rp 30 juta per 6 bulan. Artinya per bulan perlu menyisihkan Rp 5 juta rupiah.
“Lumayan mahal, tapi hasilnya dapat tanah bagus. Terus, untuk rumput, yang seharusnya perlu ditebas dalam 3 bulan atau 4 bulan, kalau pakai jangkos sudah tidak perlu lagi. Karena sudah tertutupi," tukasnya.
Kebun sawit milik Imron seluas 2 hektare sudah ia hibahkan untuk Pondok Pesantren Modern Al-Rosyid yang ia pimpin. Hasil panennya dimanfaatkan untuk kebutuhan pesantren. “Terus dirawat supaya bisa diambil manfaatnya,” ucapnya.
Saat ini di kebun itu tumbuh 190 batang sawit yang bisa menghasilkan hingga 4,8 ton tandan buah segar (TBS) dalam sebulan.
"Selain TBS, kita juga panen jamur yang tumbuh alami. Setiap hari bisa panen jamur 15-20 kilogram. Dan kita bisa panen jamur ini selama 2 bulan penuh,” ujarnya.
"Harga pasaran jamur sawit di daerah ini Rp 15.000/kilogram. Maka pendapatan tambahan dari jamur sebanyak 15Kg X Rp 15.000 x 60 hari = Rp 13,5 juta. Bisa diasumsikan, dalam satu kali fase tabur pupuk jangkos (6 bulan), akan diperoleh tambahan dari jamur Rp 2,25 juta setiap bulan," tambahnya.
Ia berharap ke depannya bisa memiliki mesin pencacah karena saat ini cukup sulit untuk pengaplikasian jangkos.
“Lumayan berat saat menyerakkan jangkos. Kalau sudah dicacah, bisa dikemas dalam karung sehingga jadi lebih mudah saat menebarnya,” tutupnya.







Komentar Via Facebook :