Berita / Sumatera /
Kebun Plasma Perusahaan Raksasa ini Panen Perdana Lebih Cepat, ini Rahasianya
Syukuran sekaligus pemberangkatan truk berisi TBS hasil panen perdana dari kebun plasma KUD Maju Jaya. foto: Ist.
Kayu Agung, elaeis.co - Hanya dalam waktu 30-33 bulan setelah ditanam, kebun sawit petani anggota KUD Perkebunan Kelapa Sawit Maju Jaya di Desa Suka Jaya, Kecamatan Lempuing Jaya, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan, dipanen perdana.
Plasma dari PT Buluh Cawang Plantation (BCP) milik Wilmar Group itu panen lebih cepat dari prediksi awal selama 36 bulan. "Proses replanting dimulai sejak 2019 dan penanaman perdana dilakukan pada April 2020," kata Ketua KUD Maju Jaya, I Ketut Sana, dalam pernyataan resmi yang dikeluarkan pihak perusahaan.
Pemanenan yang lebih cepat itu menurutnya merupakan buah kerja sama yang baik antara koperasi plasma dan perusahaan yang sudah berlangsung sejak 1997.
"Juga dibarengi penerapan good agriculture practices (GAP) berupa penggunaan bibit unggul varietas TS1, waktu dan dosis pemupukan yang tepat, penyuluh perkebunan, serta pengendalian hama. Bibit unggul varietas TS1 yang digunakan merupakan produksi PT Tania Selatan dan Pupuk Mahkota," sebutnya.
Sebagai bapak angkat, seluruh hasil panen KUD Maju Jaya dibeli oleh PT BCP. "Meski panen di bawah tiga tahun, perusahaan membelinya dengan harga TBS umur tiga tahun," ungkapnya.
Total luas lahan kelapa sawit KUD Maju Jaya mencapai 600 hektare yang dikelola 300 petani plasma. "Dulu produktivitas kebun kami hanya 14 ton per hektare per tahun. Sekarang bisa mencapai hingga 30 ton per hektare per tahun," bebernya.
Sejak 2018 Wilmar Group mendampingi KUD Maju Jaya mendapatkan dana Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) dari Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS). Saat ini anggota koperasi ini juga sedang dalam proses sertifikasi Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO).
Plantation Head Wilmar, Simon Siburat mengatakan, perusahaan berkomitmen memajukan petani plasma melalui pendampingan replanting agar produktivitasnya hampir sama dengan kebun inti.
"Dulu petani tidak percaya dengan bibit unggul karena sawit bisa tumbuh liar. Tetapi setelah 10 tahun, terbukti produktivitasnya rendah. Akhirnya mereka melakukan replanting dan mulai menggunakan bibit unggul," paparnya.
Dia menambahkan bahwa sejauh ini Wilmar telah mendampingi pengelolaan 12 ribu hektare kebun plasma yang tersebar di Kabupaten OKI dan Musi Banyuasin.







Komentar Via Facebook :