https://www.elaeis.co

Berita / Sumatera /

Kalau Pengen Harga Sawit Stabil, Petani Swadaya di Bengkulu Harus Bermitra

Kalau Pengen Harga Sawit Stabil, Petani Swadaya di Bengkulu Harus Bermitra

Ilustrasi-petani kelapa sawit.


Bengkulu, elaeis.co - Harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di Bengkulu kini menyentuh angka Rp 2 ribu per kilogram. Penetapan harga itu diperuntukkan bagi petani bermitra. Sementara untuk petani swadaya, masih belum berpatokan pada harga yang ditetapkan oleh Tim Penetapan Harga TBS kelapa sawit di Bengkulu.

Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan Provinsi Bengkulu, Rosmala Dewi mengatakan, penetapan harga TBS kelapa sawit di Bengkulu hanya berlaku untuk petani bermitra, sementara petani swadaya tidak berdasarkan harga tersebut.

"Harus dipahami bahwa penetapan itu hanya diperuntukkan petani bermitra. Sementara swadaya berdasarkan harga pasar yang mengikuti kesepakatan kedua belah pihak. Tentu dengan mempertimbangkan dan melihat kualitas TBS itu sendiri. Semenjak tidak bermitra bebas jual ke mana saja. Berapapun harganya tergantung kesepakatan," kata Rosmala, kemarin.

Meski demikian, Rosmala mengaku banyak keluhan dari petani sawit swadaya terkait harga jual yang tidak sesuai dengan harga penetapan. Kondisi tersebut baginya wajar terjadi, lantaran petani sawit swadaya mengikuti harga pasar yang ditentukan berdasarkan 3 hal.

"Kalau tidak sepakat jangan dijual. Intinya TBS tidak bermitra itu mengikuti harga pasar. Berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak. Berdasarkan kualitas dari TBS. ketiga hal itu harus dipenuhi," kata dia.

Ia pun meminta kepada petani swadaya yang belum bermitra untuk segera menjalin kemitraan dengan pabrik. Hal itu sangat diperlukan demi menghindari fluktuasi harga TBS. Di sisi lain, dengan mengikuti harga yang ditetapkan maka kestabilan harga terjaga.

"Makanya agar harga TBS stabil, petani harus bermitra dengan pabrik kelapa sawit," tuturnya.

Menurutnya, fluktuasi harga pasaran atau di luar harga penetapan dari tim ditambahkannya bergantung pada masa panen. Harga pasaran bisa saja tinggi melebihi harga yang ditetapkan jika ketersediaan TBS di level petani sedikit. Sebaliknya ketika TBS cukup banyak, maka harga beli dari pabrik akan turun.

"Untuk menghindari fluktuasi begitu kita dorong mereka untuk bermitra. Tapi mereka cukup cerdas, saat buah sedikit harga tinggi tidak mau bermitra. Jadi tidak memang sesederhana itu," tambahnya.

Saat ini di Bengkulu sendiri, memiliki sekitar 400 ribu hektare perkebunan sawit. Dari total luasan tersebut sekitar 230 ribu hektare milik petani swadaya. Oleh sebab itu, menurutnya Pemerintah Provinsi Bengkulu selalu mengupayakan agar para petani sawit swadaya untuk segera bermitra.

"Kita dorong petani bermitra, karena itu demi kebaikan mereka juga," tutupnya.

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :