https://www.elaeis.co

Berita / Lingkungan /

Jejak Rekam Deforestasi Dunia, Bermula dari Negara ini...

Jejak Rekam Deforestasi Dunia, Bermula dari Negara ini...

Perbandingan tutupan hutan Indonesia, Eropa dan Amerika. foto: tangkapan layar


Jakarta, elaeis.co - Bolehlah Anda membayangkan sejenak bahwa daratan Eropa yang luasnya lebih dari 1 miliar hektar itu, tutupan hutannya ternyata cuma tinggal 1,4 juta hektar. 

Luasan itu tersebar di Finlandia, Ukrania, Bulgaria dan Rumania. Ini hasil studi Sabatini et al. (2018) dan Barredo et al (2021), lho

Nah, tahun lalu, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Indonesia merilis bahwa dari 190 juta hektar luas daratan Indonesia, tutupan hutannya masih mencapai 86 juta hektar!  

Adalah PalmOil Agribusiness Strategic Policy Institute (PASPI) - Monitor yang menghamparkan data ini dua hari lalu. 

Studi European Commission (2013) mengungkap bahwa luas deforestasi dunia selama periode 1990-2008, mencapai 239 juta hektar. 

Luasan deforestasi itu tersebar di kawasan Benua  Amerika 40 persen, kawasan Afrika 31,6 persen, kawasan Asia 26.2 persen, kawasan Eropa 1,5 persen dan Oceania 2 persen. 

Perubahan tutupan hutan di Amerika. foto: tangkapan layar

Ini artinya, selama periode 1990-2008 itu, Amerika, khususnya Amerika Selatan dan Tengah serta kawasan Afrika, telah menjadi driver deforestasi global, sebab gabungan angkanya mencapai 71,6 persen. 

Surut ke belakang, studi Houghton (1996) menyebutkan bahwa dalam periode 1850-1990, luas area lahan global yang telah dibuka meningkat dari 289 juta hektar menjadi 2,52 miliar hektar.

Luasan itu terdiri dari temperate grass land (padang rumut sedang) seluas 1,6 miliar hektar, hutan tropis 508 juta hektar, temperate forest (hutan beriklim sedang) 91 juta hektar dan 4 hektar hutan boreal.

Selama periode tadi, volume logging dari hutan boreal dan temperate meningkat dari 1 juta hektar per tahun menjadi 3.5 juta hektar per tahun. 

Peningkatan volume logging juga terjadi di temperate forest, dari 3 juta hektar per tahun menjadi 6 juta hektar per tahun. 

Lalu di hutan tropis? volume logging pada tahun 1850 itu masih sangat kecil; kurang dari 0,5 juta hektar per tahun. Tapi di tahun 1950 meningkat menjadi 2 juta hektar per tahun dan melonjak 8 juta hektar per tahun di tahun 1980. 

Kalau semua itu kemudian diakumulasi, lebih dari 1 miliar juta hektar hutan dunia sudah mengalami logging. Angka ini 77 persen lebih tinggi ketimbang konversi hutan menjadi lahan pertanian.

PASPI kemudian semakin merinci, bahwa jejak deforestasi sesungguhnya bermula dari siapa yang lebih dulu mengawali pembangunan. 

Tchir & Jhonson, tt menyebut bahwa proses pembangunan lebih dahulu berlangsung di daerah sub-tropis seperti daratan Eropa dan Amerika Utara. 

 

Ini kelihatan dari jejak deforestasi temperate forest yang terjadi di sana. Puncak deforestasi itu terjadi pada periode sebelum tahun 1700 an dan deforestasi yang menghabiskan virgin forest di USA terjadi pada periode 1600-1900. 

Lantas, FAO, 2012 dan Roser, 2012 mengatakan bahwa negara-negara tropis baru belakangan mulai membangun perekonomiannya. 

Lantaran itu, deforestasi hutan tropis (tropical forest) mulai intensif terjadi sejak tahun 1900-an. Puncak deforestasi hutan tropis itu terjadi pada periode tahun 1950-1979.

Jejak deforestasi pada tropical forest dan non-tropical forest itu juga diperkuat oleh studi Matthew (1983). Pada periode pra-pertanian sampai tahun 1980, deforestasi hutan dunia telah mencapai 701 juta hektar. Angka itu terbagi pada deforestasi hutan non-tropis 653 juta hektar dan hutan tropis 48 juta hektar.

Sebagian besar deforestasi hutan sub-tropis itu terjadi di daratan Eropa dan Amerika Utara. Ini kelihatan dari penurunan forest cover di negara-negara Eropa itu kata Kaplan et al. (2009) dan USDA, (2014) sebelum tahun 1800 an. 

Lalu, apa yang kemudian terjadi? European Union (EU), United Kingdom (UK) dan United States of America (USA) telah mengeluarkan dan memberlakukan kebijakan “deforestation-free”

Regulation on Deforestation-Free Commodity/product dikeluarkan oleh EU pada bulan lalu dan akan diberlakukan tahun depan. Lantas sejak tahun lalu, USA telah memberlakukan Fostering Overseas Rule of Law and Environmentally Sound Trade Act (FOREST Act 2021)

Di tahun yang sama, UK juga telah memberlakukan “deforestation-free”;  UK Environment Act 2021. Walau ada beberapa perbedaan antara ketiga kebijakan itu kata PASPI, tapi prinsipnya tetap sama; “deforestation-free” untuk perdagangan produk atau komoditi domestik dan internasional.

Oleh embel-embel deforestation-free inilah sawit kemudian dijegal. Sawit disebut  sebagai sumber deforestasi di Indonesia. Padahal kalau dihitung-hitung lagi, luas kebun kelapa sawit di Indonesia hanya 16,38 juta hektar. 

Kalau kemudian seperti kata PASPI bahwa semua lahan usaha yang ada saat ini berasal dari deforestasi, luasan kebun kelapa sawit itu masih jauh lebih kecil ketimbang luasan kebun Soybean yang mencapai 122 juta hektar, Sunflower 25 juta hektar dan Rapeseed 36 juta hektar.

"Hampir tidak ada komoditi yang tidak terkait dengan deforestasi. Jadi, kebijakan “deforestation-free” yang hanya diberlakukan pada beberapa komoditi, argumennya lemah sekali," PASPI menegaskan.

Sayang, apa yang dihamparkan PASPI ini belum bisa membuka mata otoritas kehutanan yang ada di Indonesia. Buktinya, lahan-lahan penghidupan petani, masih tetap diburu dengan dalih berada di kawasan hutan. Alamaak... 


 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :