Berita / Pojok /
Jasmerah
Dewan redaksi elaeis.co, Rudolf Naibaho, Pemred elaeis.co, Abdul Aziz dan Guru besar IPB, Prof Budi Mulyanto saat makan bersama di Gurih7 Bogor, sabtu pekan lalu. foto: dok
Lelaki 65 tahun itu nampak sumringah saat bertemu dengan elaeis.co di Saung lesehan dan Kuliner Sunda, Gurih7, di kawasan jalan Raya Pajajaran Bogor, Jawa Barat, Sabtu pekan lalu.
"Hehehe...akhirnya sampai juga ke sini," guru besar Intitut Pertanian Bogor (IPB) ini menyodorkan salam ala pandemi covid-19 sambil bergabung duduk di kursi di ruangan atas komplek itu.�
Tadinya sosok bersahaja ini tak ingin makan lagi lantaran sudah makan di rumah, namun lantaran menengok elaeis.co begitu antusias mengajak, makan bersamapun berujung seruputan gelas kopi masing-masing.�
Lebih dua jam tak terasa habis bersama jebolan Rijk Universiteit Ghent (RUG) Belgium ini. Maklum, selain ngobrol panjang soal masa lalunya yang pernah lebih dua tahun di pedalaman Riau selepas lulus kuliah di IPB, juga mengulik soal kondisi pertanahan di Indonesia.
Pemred elaeis.co, Abdul Aziz saat bersama Prof. Sudarsono Soedomo di komplek kampus IPB. foto: dok
Gamblang Budi menyebut bahwa lebih 1/3 dari total 191 juta hektar luas daratan Indonesia, pernah dan sedang dikuasai oleh perusahaan Hak Pengusahaan Hutan (HPH).
"Dalam administrasi pertanahan, HPH itu alas hak. Makanya sampai sekarang, meski HPH sudah tak ada, kegiatan apa saja yang ada di atas eks HPH itu, pasti berurusan dengan pemegang izinnya," ujar Budi.�
Tengok saja kata Budi, saat pemerintah mau bikin ibukota negara yang baru di Kalimantan. Setelah lokasi ditentukan, apa yang terjadi? "Itu eks tanah HPH PT anu, lho. Itu fakta, bahwa penguasaan atas lahan itu tetap dan sampai sekarang masih ada," katanya.
�
Memang, batas waktu izin HPH ada. Tapi pemegang HPH lama tetap dapat prioritas. Kapan saja mengajukan izin lagi, dia langsung dapat. Coba Anda yang mengajukan izin sekarang, dapat nggak?" Budi bertanya.
Menurut Budi, tanah mempunyai basis value politik yang kuat. Hiruk pikuk politik sekarang, kurang lebih sama lantaran kekuatan yang ada kurang lebih, berimbang. "Penguasaan lahan juga kurang lebih begitu," ujarnya.�
�
Malamnya, di ruang tamu rumahnya di kawasan jalan Jati komplek IPB, ngobrol soal lahan bersama Sudarsono Soedomo juga tak kalah serunya.�
Petrus Gunarso dan Pemred elaeis.co, Abdul Aziz. foto: dok
Obrolan berjam-jam itu semakin tak terasa saat kebiasaan�elaeis.co dengan lelaki 65 tahun ini ternyata sama; merokok dan ngopi. Jadilah kami bergantian mengebulkan asap.�
Bedanya, Djarum Super milik Sudarsono selalu dia dilengkapi dengan penyaring nikotin saat akan disedot. � �
Tadinya Sudarsono sudah niat untuk ikut makan siang bareng, namun lantaran ternyata lokasi yang akan dituju harus berhadapan dengan beberapa titik macet, lelaki ini akhirnya memilih menunggu di rumahnya saja.
Dan sehari sebelumnya, elaeis.co juga menjambagi tokoh Relawan Jaringan Rimbawan (RJR), Petrus Gunarso, di rumah makan korea 'Bulgogi' miliknya di kawasan jalan Pahlawan Revolusi Pondok Bambu Jakarta Timur.�
Sembari mengajari cara memanggang daging yang benar, jebolan kehutanan Gadjah Mada ini juga cerita panjang soal apa yang sedang dia lakukan dalam proses panjang gugatan Indonesia di WTO terkait biodiesel yang 'diharamkan' oleh Eropa. "Saya terlibat dalam perjuangan itu," katanya.�
Bagi elaeis.co, tiga tokoh tadi adalah sosok yang teramat penting dalam perjalanan elaeis.co setahun belakangan.�
Bernas dan edukatifnya berita-berita terkait klaim kawasan hutan yang selama ini mencengkram hak-hak rakyat, tak lepas dari pemikiran-pemikiran tiga lelaki ini.�
Oleh peran yang sangat luar biasa itulah kemudian, pekan lalu itu, elaeis.co menjambangi mereka meski harus bersua di lokasi yang berbeda. Sebab elaeis.co sadar, bahwa� perjalanan elaeis.co adalah sejarah dan sejarah jangan pernah masuk pada keranjang lupa, persis seperti apa yang pernah dibilang pendiri negara, Soekarno; Jangan sesekali melupakan sejarah (Jasmerah).�
�







Komentar Via Facebook :