Berita / Nasional /
Jangan Dibuang! Pertamina Beli Minyak Jelantah Rp 6.000/Liter untuk Bahan Bakar Pesawat
Collection box minyak jelantah yang disediakan Pertamina. Foto: Pertamina
Jakarta, elaeis.co – Jalankan program Green Movement Used Cooking Oil (UCO atau minyak jelantah) PT Pertamina Patra Niaga (PPN) mulai membeli minyak jelantah dari masyarakat Jakarta dan Bandung. Limbah sisa penggorengan itu dihargai Rp 6.000/liter dalam bentuk saldo e-wallet di aplikasi MyPertamina. Masyarakat juga mendapatkan 5 poin MyPertamina dari setiap liter minyak jelantah yang dijual dan e-voucher sebesar Rp 25.000 untuk 50 peserta yang diundi tiap bulan.
Program Green Movement UCO bertujuan mendukung penggunaan energi bersih, ramah lingkungan, dan berkelanjutan. Minyak jelantah yang terkumpul akan diproses menjadi biofuel seperti HVO (Hydrotreated Vegetable Oil) dan SAF (Sustainable Aviation Fuel) atau bioavtur untuk bahan bakar pesawat terbang. Produksi bahan bakar berkelanjutan ini sangat penting untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil.
Program Green Movement UCO diluncurkan 21 Desember 2024 dan saat ini lokasi pengumpulan atau collection box minyak jelantah sisa penggunaan rumah tangga tersebar di 7 titik. Yakni Kantor PT PPN-Marketing Regional Jawa Bagian Barat di Jakarta Pusat, Rumah Sakit Pelni di Jakarta Barat, Rumah Sakit Pusat Pertamina di Jakarta Selatan, SPBU Tangerang BSD-3115301, SPBU Jakarta Kalimalang-3113402, SPBU Jakarta MT Haryono-3112802, dan SPBU Dago Bandung-3140101. Sejauh ini Pertamina telah mengumpulkan 1.162 liter minyak jelantah.
Syarat minyak jelantah yang bisa ditukar di Pertamina yakni harus dalam kondisi bersih dari kotoran dan sisa makanan, bebas dari campuran cairan lain seperti air atau bahan kimia, dalam kondisi dingin, dan minimal berjumlah satu liter.
Untuk memperkuat ekosistem SAF, Pertamina juga menjalankan Tanggung Jawab Sosial Lingkungan berupa program Bank Sampah Beo Asri dengan melibatkan 2.978 kepala keluarga di Cilacap, Jawa Tengah, sebagai pengumpul minyak jelantah. Hasil minyak jelantah yang dikumpulkan akan diproses lanjut dengan filtrasi untuk mengurangi kandungan pengotor sebelum diproses menjadi SAF. Pengumpulan juga dilakukan di lingkungan rumah dinas pekerja Kilang Cilacap.
Direktur Strategi, Portofolio, dan Pengembangan Usaha Pertamina Salyadi Saputra mengatakan, pengolahan minyak jelantah menjadi SAF sejalan dengan upaya Pertamina dalam mempromosikan ekonomi sirkular dan mengurangi limbah rumah tangga.
“Inisiatif ini dirancang sebagai pilot project dan akan berlangsung selama setahun serta diharapkan dapat mendorong lebih banyak orang untuk bergabung dalam gerakan pengelolaan limbah minyak jelantah yang bermanfaat bagi lingkungan dan perekonomian,” jelasnya dalam siaran pers dikutip Senin (20/1).
Pertamina memiliki lini bisnis hulu ke hilir yang mampu mendukung rantai pasok SAF secara komprehensif. Sinergi ini mencakup riset dan inovasi, produksi SAF, pemasaran SAF, penggunaan SAF, hingga menciptakan multiplier effect dengan pemberdayaan masyarakat.
Dari sisi riset dan inovasi, sejak tahun 2010 Pertamina telah mengembangkan katalis yang mampu mengolah minyak jelantah menjadi SAF sesuai standar American Society for Testing and Materials (ASTM) Internasional. Pada tahun 2024, katalis ini telah terbukti secara teknis melalui uji coba skala pilot di laboratorium Technology Innovation.
Dari sisi produksi SAF, Pertamina melalui Kilang Pertamina Internasional (KPI), sudah melakukan aktivitas pengembangan SAF sejak tahun 2020 termasuk melalui Kilang Hijau Cilacap. Tahun 2023, SAF yang diproduksi di Kilang Cilacap dipakai dalam joy flight pada penerbangan komersial Garuda tujuan Jakarta - Solo. Tahun 2024, Kilang Cilacap yang memproduksi SAF sukses memperoleh sertifikasi internasional “ISCC CORSIA” (International Sustainability and Carbon Certification - Carbon Offsetting and Reduction Scheme For International Aviation) di tingkat regional Asia Tenggara.
Direktur Utama KPI, Taufik Aditiyawarman menegaskan bahwa sebagai pelopor produsen SAF berkualitas, SAF produksi KPI akan memberikan multiplier effect antara lain mendukung katalis berkelanjutan, memperkuat produksi katalis dalam negeri dan menjadi SAF pertama yang diproduksi di Indonesia dan tersertifikasi secara internasional.
Dari sisi pemasaran SAF, Pertamina melalui Pertamina Patra Niaga (PPN), terus meningkatkan kapabilitas dalam bisnis trading SAF. Pada gelaran Bali International Air Show September 2024, PPN melakukan trial penjualan SAF kepada customer airline peserta event tersebut.
Di sektor pengguna aviasi, Pertamina melalui maskapai Pelita Air Service (PAS) turut berkomitmen menggunakan SAF sebagai implementasi aksi dekarbonisasi yang berkontribusi mengurangi emisi di industri penerbangan secara umum. Beberapa program yang didukung PAS antara lain zero emission flight menggunakan carbon credit, efisiensi operasional dan program carbon offset lainnya.
“Melalui upaya tersebut, Pertamina optimistis dapat berkontribusi untuk mencapai visi Net Zero Emission di industri penerbangan. Ke depannya, Pertamina akan proaktif melakukan sinergi dengan stakeholder untuk terus menjaga Asta Cita swasembada energi dengan berorientasi pada energi ramah lingkungan,” paparnya.







Komentar Via Facebook :