https://www.elaeis.co

Berita / Nusantara /

Jadi Pakan Ayam Broiler, Bungkil Inti Sawit Bisa Tekan Impor Bungkil Kedelai

Jadi Pakan Ayam Broiler, Bungkil Inti Sawit Bisa Tekan Impor Bungkil Kedelai

Bungkil inti sawit. Foto: dok. Gapki


Yogyakarta, elaeis.co - Bungkil inti sawit merupakan limbah dari pembuatan minyak inti sawit. Di Indonesia yang merupakan penghasil sawit terbesar di dunia, produksi bungkil cukup tinggi.

Meski berstatus sebagai produk samping, kandungan protein kasar yang ada di dalam bungkil cukup tinggi, sekitar 14 -19 persen.

“Hal ini tentu saja menjadikan bungkil inti sawit potensial dijadikan sebagai pakan ternak, salah satunya ayam broiler. Produksi pakan tahunan di Indonesia sendiri saat ini mencapai kurang lebih 20 juta ton,” kata peneliti dari Laboratorium Ilmu Makanan Ternak (IMT) Fakultas Peternakan UGM, Prof. Dr. Zuprizal, dalam keterangan tertulis Humas UGM dikutip elaeis.co Kamis (30/1).

Zuprizal menyebutkan, proporsi optimal penggunaan bungkil inti sawit pada formulasi pakan ayam broiler adalah sebanyak 10% dengan koreksi asam amino esensial dan suplementasi enzim. “Ada potensi penggunaan bungkil inti sawit sebagai pakan ayam broiler sekitar 2 juta ton,” sebutnya.

Untuk pemanfaatan formulasi pakan ayam broiler sebanyak 10 persen, menurutnya, bungkil sawit berpotensi untuk mengurangi penggunaan jagung sekitar 9% dan bungkil kedelai sekitar 3 persen.

“Jika memanfaatkan bungkil sawit, akan ada penghematan yang cukup signifikan. Apalagi kita tahu bungkil kedelai saat ini masih impor,” imbuhnya.

Sementara terkait kandungan serat kasar pada bungkil inti sawit khususnya manan yang tinggi, menurutnya, perlu disuplementasi enzim dari luar berupa enzim mananase, NSPase, dan protease.

“Tujuannya untuk meningkatkan kecernaan nutrien yang berakibat pada peningkatan produktivitas, kualitas karkas, dan kesehatan saluran cerna dari ayam broiler,” paparnya.

Tim Laboratorium IMT UGM sudah melakukan beberapa penelitian feed additive (imbuhan pakan) dengan teknologi nano partikel untuk ayam broiler.

“Seperti nano teknologi ekstrak kunyit, nano teknologi ekstrak kapulaga, serta nano emulsion ekstrak minyak atsiri serai dan ekstrak daun sirsak,” terangnya.

Selain Prof. Zuprizal, Tim Laboratorium IMT Fapet UGM juga diperkuat oleh Prof. Dr. Kustantinah, Dr. Aji Praba Baskara, Nanung Danar Dono PhD, Dr. Insani Hubi Zulfa, dan Dr. Aeni Nur Latifah.


 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :