https://www.elaeis.co

Berita / Iptek /

Inovasi Kolom AFBR Ala Universitas Lampung

Inovasi Kolom AFBR Ala Universitas Lampung

Gambar hasil penelitian Wiratni dan kawan-kawan. foto: ist


Kalau hasil penelitian para peneliti Universitas Lampung (UNILA) yang dikomandani oleh Wiratni Budhijanto Ph.D ini sudah dikomersilkan, bisa jadi semua Pabrik Kelapa Sawit (PKS) di Indonesia yang jumlahnya lebih dari 2000 an itu, tidak lagi memakai kolam untuk menampung limbah cair alias Palm Oil Mill Effluent (POME). 

Soalnya dalam ringkasan Grant Riset Sawit (GRS) yang dibukukan oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) pada 2019 lalu disebutkan, Wiratni dan kawan-kawan sudah menghasilkan reaktor berbentuk tanki vertical yang bisa menampung sekaligus mengolah POME itu. 

BPDPKS sendiri yang membiayai penelitian Wiratni dan kawan-kawan dalam beberapa tahun. Reaktor bikinan mereka itu dinamai Anaerobic Fluidized Bed Reaktor (AFBR).  
 
Anda bisa bayangkan berapa banyak lahan yang berkurang akibat kehadiran tanki ini disaat satu PKS kapasitas 60 ton per jam Tandan Buah Segar (TBS) membutuhkan lahan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) seluas 10 hektar. 

Dan anda bisa bayangkan berapa banyak gas metana yang tak lagi menguap ke langit lantaran sudah diolah di dalam reaktor tadi dan kemudian bisa dikonversi menjadi listrik. Lantaran di dalam kolom, produksi biogas bisa lebih cepat.  

Kontras dengan kolam limbah yang lantaran menganga, saban waktu gas metana yang ada di sana menguap ke langit. 

Masih dalam ringkasan itu, Wiratni merinci bahwa AFBR tadi terdiri dari dua kolom. Kolom satu diatur pada kondisi ideal untuk proses asidogen dan kolom dua untuk metanogen. 

Masing-masing reaktor ini berisi serbuk zeolite alam yang telah dimodifikasi untuk imobilisasi mikroorganisme sehingga tahan terhadap racun-racun yang ada pada POME. 

"Keunggulan reaktor ini adalah efisiensinya yang lebih tinggi dari pada reaktor biogas konvensional lantaran terjadi imobilisasi mikroorganisme pada partikel zeolite. Selain itu, desain reaktor yang memungkinkan bentuk vertikal akan menghemat luas lahan," terangnya. 

Ada dua jenis zeolite yang dipakai oleh Wiratni dan kawan-kawan dalam penelitian itu. Pertama adalah zeolite dari Tasikmalaya Jawa Barat (Jabar). 

Dari segi morfologi, zeolite Tasikmalaya memiliki fraksi pori yang lebih besar daripada zeolite Bayah. Meski begitu, kinerjanya tidak jauh beda terkait pengurangan polutan terukur sebagai sCOD dan VFA. 

Sementara zeolite asal Bayah Kabupaten Lebak, Banten menunjukkan kecepatan degradasi limbah lebih cepat dan produktivitas metana yang lebih tinggi.


 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :