Berita / Dewandaru /
Inisiasi Bisnis
ilustrasi. foto: superprof.co.id
"Anda baru mulai memikirkan, kami sudah melakukan," tulisan bagus ini sudah saya baca 23 tahun lalu, tertulis besar di salah satu perusahaan pabrik semen ternama dan tua di negeri ini, tertulis besar sekali.
Inisiasi dalam arti leksikal nya pemula/perdana. Inisiasi bisnis arti gramatikal nya sebagai pemilik ide sekaligus menjalankan binsis perdana, belum ada orang lain yang punya.
Tipe orang seperti inilah yang namanya akan dikenal sepanjang jaman oleh masyarakat, setidaknya oleh komunitas pengikut bisnis serupa atau penikmat bisnis seperti itu.
Karakteristiknya, biasanya suka menjadi intelijen bisnis. Baik pada ruas bahan baku yang berlimpah murah meriah, bisa juga karena ceruk pasar yang belum dikelola pihak lain, atau metoda pola kelolanya.
Semua ruas sama pentingnya. Namun yang paling penting bagaimana bisa mendidik dan melatih diri agar jadi bagian dari orang-orang bertipe pemilik inisiasi bisnis, sebagai pencetus ide sekaligus pelakunya di saat orang lain belum melihat itu.
Baca juga: Nilai Jual Hebat, Lingkungan Hidup
Inilah hal yang sangat penting, sebab yang seperti ini akan selalu terdepan dan beda ketimbang orang pada umumnya. Dan multiplier effect manfaatnya akan beda sekali.
Hanya saja, nilai terbesar hidup ada pada kontribusi manfaatnya. Contoh konkretnya begini:
Bapak Tirto Utomo, beliau pensiun dini dari Pertamina dan memulai bisnis minuman kemasan dengan merk Aqua. Demi mewujudkan mimpi bisnis diluncurkan perdana pada 1 oktober 1974 itu, beliau ngutang Rp150 juta dari saudaranya.
Karena inisiasi bisnisnya, cemoohan orang saat itu pasti membanjir. Namun saat ini, jumlah pengikut sebagai pesaing sudah tidak terhitung, apalagi konsumennya.
Dengan begini, dalam jangka panjang, tentu nama harumnya tak akan mudah pudar dari ingatan masyarakat luas. Saya salah satu pengagumnya.
Lalu saya latah ikut jejaknya berinisiasi. Saya melirik cangkang/tempurung sawit yang sebelum tahun 1995 hanya limbah.
'Limbah' ini saya riset kecil, saya uji kalori, rupanya kalorinya sama dengan batubara. Pabrik raksasa di Porsea Sumatera Utara (Sumut) kemudian selama 5 tahun jadi langganan saya. Tiap bulan saya mengirim 3000 ton, jadi pengganti batubara.
Sekarang, cangkang sudah jadi komoditas ekspor, jadi rebutan banyak negara setelah dianggap sebagai bahan energi ramah lingkungan.
Semua Pabrik Kelapa Sawit (PKS) pun tiada lagi memakai batubara sebagai bahan steam boilernya, cukup memakai limbah sawit bernama cangkang (palm sell) itu.
Sejak setahun lalu, saya sering posting tulisan dan video limbah sawit yang selama ini terbuang. Potensi limbah ini di Indonesia mencapai 12 juta ton pertahun. Saya pakai jadi pakan ternak sapi saya, tentu setelah saya uji mutu dan uji efektivitasnya. Hasilnya super duper, hehehe...
Cemohan juga tiada henti, persis seperti saat saya bisnis cangkang sawit. Tapi sekarang justru mulai banyak peternak ikut memanfaatkan solid menjadi pakan ternak, termasuk yang dulu mencemooh.
Sebab solid logis menekan Harga Pokok Produksi (HPP), biar makin kompetitif.




Komentar Via Facebook :