Berita / Nusantara /
Ini yang Bikin Banyak Petani Menaruh Hormat ke Toke Sawit
Petani sawit mengumpulkan hasil panen sebelum dijemput pengepul. Foto: Adin Salihin
Jakarta, Elaeis.co - Keberadaan ram atau peron dan pengepul kerap dituding merugikan petani sawit. Sebab, para toke sawit itu mematok harga tandan buah segar (TBS) lebih rendah dibanding pabrik kelapa sawit (PKS).
Tapi kebanyakan petani sawit lebih senang berhubungan dengan toke. Sebab, toke sawit ringan tangan pada petani, baik swadaya maupun plasma.
Fery, petani swadaya yang bermukim di Kabupaten Kampar, Riau, mengatakan, selisih harga antara PKS dan toke sawit adalah hal yang wajar.
"Kalau di lapangan, harga TBS di tingkat toke sawit sekitar Rp 2.600 per kilogram saat ini. Sedangkan harga Dinas Perkebunan Riau sudah menyentuh Rp 3.300-an per kilogram," katanya kepada Elaeis.co.
Meski lebih murah, menurut Fery, pengepul atau ram memberikan pelayanan yang maksimal. "TBS dibayar tunai. Toke juga selalu datang tepat waktu. Toke hapal jadwal panen, selalu pas datangnya ke kebun," ungkapnya.
Para toke sawit juga memanjakan petani dengan memberi tumpangan mengangkut pupuk. "Misalnya saya baru membuat pupuk organik atau membeli pupuk kimia di kota. Mau diantar ke kebun, tapi saya tak punya mobil. Nanti ada saja toke sawit yang bersedia membantu mengantarkan pupuk itu, dan gratis," bebernya.
"Para pekerja yang mau ke kebun saya atau mau pulang kerja pun sering dapat tumpangan dari toke sawit, mereka tak hitung-hitungan," imbuhnya.
Para toke sawit juga terkadang bagai bank berjalan bagi para petani. Menurut Fery, toke sawit adalah pihak yang tepat didatangi saat lagi kepepet.
"Baru-baru ini saya butuhkan uang mendadak untuk urusan keluarga. Toke langsung meminjami saya," tukasnya.
"Walaupun toke beli lebih murah dibanding PKS, tapi mereka baik ke petani. Wajar kalau kami hormat sama si toke," tambahnya.
Ardiyanto, petani sawit swadaya di Kabupaten Rokan Hulu, Riau, juga menyatakan hal yang sama. Dari 814 petani sawit yang menjadi anggota perkumpulan di tempatnya, sebagian besar berutang ke pengepul.
"Kami jual TBS ke pengepul, harganya Rp 2.895 per kilogram. Beda tipis dengan PKS terdekat yang memasang harga Rp 3.095," kata petani yang kebunnya sudah disertifikasi Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) ini.
Surianto, petani plasma di Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara) menyebutkan, menjual TBS ke pengepul atau ram jauh lebih enak ketimbang ke PKS.
"Saya dan anggota koperasi unit desa lainnya adalah plasma atau binaan dari salah satu perusahaan sawit swasta nasional. Tapi perusahaan membeli TBS mengikuti harga Disbun Sumsel, jadinya lebih murah karena usia pohon sawit kami sudah di atas 25 tahun. Makanya kami ke ram, dibayar tunai dan gak ditanya berapa usia pohon sawit kami. Kalau jual ke PKS, bisa 10 hari kemudian baru dibayar," pungkasnya.







Komentar Via Facebook :