https://www.elaeis.co

Berita / Sumatera /

Ini Usulan Syarifudin Sirait untuk Atasi Pedagang Perantara TBS

Ini Usulan Syarifudin Sirait untuk Atasi  Pedagang Perantara TBS

Syarifuddin Sirait selaku Ketua DPD I Aspek-PIR Indonesia cabang Sumut. (Foto: hendrij)


MEDAN, elaeis.co - Keberadaan pedagang perantara dalam perniagaan tandan buah segar (TBS) bak buah simalakama bagi para petani sawit: kalau didukung belum tentu benar, tapi kalau tak didukung nyatanya sangat dibutuhkan petani sawit.

Pedagang perantara dalam matarantai perniagaan TBS tersebut ada dalam sejumlah tingkatan, yaitu pedagang pengumpul atau sering disebut dengan pengepul.

Selanjutnya biasanya adalah toke sawit, loading RAM, dan terakhir bermuara di pabrik kelapa sawit (PKS), baik PKS komersil atau PKS tanpa kebun maupun PKS konvensipnal atau dengan kebun.

Keberadaan pedagang perantara untuk mengatasi ketidakmampuan PKS menjangkau petani sawit, atau sebaliknya, untuk mengatasi ketidakpunyaan petani terhadap akses dalam menjual langsung TBS mereka ke PKS.

Situasi ini telah terjadi selama puluhan tahun, dan posisi petani sawit selalu lemah, harga TBS mereka juga selalu dalam tekanan pihak pedagang perantara.

Pihak pemerintah atau pengusaha sering menyebutkan situasi ini terjadi karena petani sawit tidak mau bergabung dalam sebuah wadah, baik bernama koperasi maupun kelompok tani (poktan) atau pun gabungan kelompok tani (gapoktan).

Untuk mengatasi hal itu, Syarifuddin Sirait selaku Ketua DPD I Asosiasi Petani Kelapa Sawit Perusahaan Inti Rakyat (Aspek-PIR) Indonesia cabang Provinsi Sumatera Utara (Sumut) memberikan usulan yang berbeda.

 

Syarifudin Sirait mengusulkan sebaiknya setiap PKS skala mini yang akan dibangun oleh investor atau pun oleh kelompok petani sebaiknya berlokasi hanya di tengah kebun sawit. 

"Hal tersebut dapat untuk memfasilitasi petani menjual TBS maupun berondolan secara langsung di kebun," ucap petani sawit yang kini didaulat sebagai Sekretaris Umum DPP Aspek-PIR Indonesia itu kepada elaeis.co,  Rabu (14/8/2024).

Petani sawit asal Desa Gotting Sidodi, Kecamatan Bandar Pasir Mandoge, Kabupaten Asahan, ini mengaku usulannya tersebut juga telah dilontarkan dalam sebuah diskusi beberapa hari yang lalu di kota Medan. 

Kata dia, belum lama ini dirinya diundang untuk berdiskusi soal keberadaan PKS oleh Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Kantor Wilayah (Kanwil) I Sumatera bagian utara (Sumbagut) di Medan.

'Saat iru saya katakan, kalau PKS mini dibangun di dekat atau di tengah-tengah perkebunan sawit milik petani, maka hal itu bisa membantu para petani sawit," ujarnya.

"Terutama sekali dapat membantu para petani untuk tidak lagi harus menjual TBS mereka melalui pengumpul atau tengkulak," ujar Ketua Koperasi Petani Kelapa Sawit "Kesepakatan Ambar" ini lagi.

Dengan demikian, kata dia, hal itu dapat dapat memotong rantai pasok dan meningkatkan harga pembelian TBS produksi petani kala ditransaksikan di tingkat PKS.

 

Selama ini, ujar Syarifuddin Sirait, para petani sawit sendiri belum merasakan dampak negatif yang signifikan dari kehadiran PKS mini. 

Tetapi dia mengakui kalau bagi petani, kehadiran PKS mini justru menjadi bagus karena dengan adanya persaingan antar-PKS untuk dapat memberikan pilihan harga, jarak, dan pelayanan yang semakin bervariatif.

Ia mencontohkan keberadaan  PKS mini yang semakin menjamur di Provinsi Riau dan Provinsi Sumatera Utara, termasuk yang ada di kecamatan Bandar Pasir Mandoge.

"Di kecamatan tempat tinggal saya saat ini tercatat ada PKS mini atau pun berondolan sebanyak 4 buah dengan lokasi yang saling berdekatan jaraknya hanya satu kecamatan," tegas Syarifuddin Sirait.
 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :