https://www.elaeis.co

Berita / Nusantara /

Provinsi Aceh

Ini Siasat Petani Sawit Saat Harga TBS Anjlok

Ini Siasat Petani Sawit Saat Harga TBS Anjlok

Fadhli Ali, SekretarisWilayah DPW APKASINDO Aceh. (Foto pribadi)


Banda Aceh, elaeis.co -Harga pembelian tandan buah segar (TBS) anjlok seiring dengan kebijakan Presiden Joko Widodo yang melarang ekspor minyak goreng (migor) dan bahan baku migor.

Walau kebijakan itu berlangsung hampir dua pekan, namun hal  ini tak membuat para petani sawit swadaya kehilangan akal.

Mereka membuat siasat dan cara agar tetap mendapatkan untung dari buah sawit tersebut.

"Kami tunda panen. Buah yang seharusnya sudah panen, kami biarkan saja di pohon agar jadi berondol," kata Fadhli Ali, salah satu petani sawit swadaya di Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya), kepada elaeis.co, Selasa (11/5/2022).

Menjadi berondol yang dimaksud oleh Sekretaris Wilayah DPW Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO) Aceh ini adalah membiarkan buah sawit menjadi sangat matang, melebihi standar kematangan pada umumnya.

Fadhli tidak gentar melakukan hal ini di kebun sawitnya. Sebab berondol sawit itu tetap laku untuk dijual.

Kata dia, ada pihak perusahaan penampung berondolan di Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara, yang bersedia menampung berondolan dari kebun sawit milik Fadhli Ali.

Pihak perusahaan itu datang langsung menjemput berondolan dari kebun sawit petani sawit dengan menggunakan sejumlah truk.

Fadhli dan petani sawit lainnya sudah melakukan hal  ini dalam dua pekan terakhir.

"Harga jual berondolan ini kalau kita antar langsung ke pabriknya bisa Rp  3.000 per kilogram. Tapi itu enggak  mungkin kami lakukan. Langkat itu kan jauh. Nah, berondolan kita dihargai sekitar Rp 2.700 per kg," kata dia.

Ia menilai harga itu wajar karena pihak perusahaan yang datang menjembut berondolannya. Ia paham kalau selisih Rp 300 per kg sebagai biaya transportasi pihak penjemput.

Kata dia, jika dibandingkan dengan harga pembelian TBS di perusahaan kelapa sawit (PKS) di Aceh yang rata-rata sekitar Rp 2.000 sampai Rp 2.200 per kg, tentu menjual berondolan jauh lebih menguntungkan.

Fenomena memberondol buah sawit ini, kata Fadhli, juga dilakukan oleh petani sawit lainnya, termasuk di Kotamadya Subulussalam, Kabupaten Singkil, dan lainnya.

Namun ia dan para petani sawit lainnya tak akan mau melakoni hal ini dalam waktu lama.

Ia yakin Presiden Jokowi dalam waktu dekat akan mencabut larangan ekspornya tersebut.

Sebab, jika kebijakan itu dibiarkan berlangsung dalam waktu lama, maka pihak PKS akan terus menjatuhkan harga pembelian TBS produksi petani sawit.

"Mudah-mudahan Pak Presiden Jokowi mencabut kebijakan larangan ekspornya tersebut, sebab harga TBS kami sudah terlalu dalam anjloknya," tegas Fadhli Ali.

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :