Berita / Nusantara /
Ini 3 Jurus Ampuh Kendalikan Ganoderma, Petani Sawit Wajib Coba!
Ilustrasi sawit yang diserang ganoderma. foto: ist.
Jakarta, elaeis.co – Gangguan ganoderma atau busuk pangkal batang menjadi momok menakutkan bagi petani dan perusahaan sawit di berbagai daerah.
Ketua Umum Masyarakat Perkelapasawitan Indonesia (MAKSI), Dr. Ir. Darmono Taniwiryono, mengungkapkan bahwa ada tiga komponen Pengendalian Hama Terpadu (PHT) yang sangat efektif untuk mengatasi serangan ganoderma, bahkan telah berhasil diterapkan langsung di lapangan.
“Tiga komponen PHT ini terbukti efektif, dan sudah diaplikasikan di perkebunan sawit milik petani di Simalungun,” ujar Darmono kepada elaeis.co, Sabtu (12/7).
Langkah pertama adalah root prunning atau pemangkasan akar untuk merangsang pertumbuhan akar baru. Teknik ini dilakukan dengan membuat parit melingkar di tepi piringan pohon sawit dengan kedalaman minimal 30 cm.
“Semakin dalam parit, semakin banyak akar yang diremajakan. Ini penting untuk memutus penyebaran ganoderma dan mendorong pertumbuhan akar muda yang sehat,” jelas Darmono.
"Root prunning ditujukan khusus untuk tanaman sawit yang tajuknya mulai meranggas, pelepahnya kecil, dan belum membentuk banyak tubuh buah," tambahnya.
Langkah kedua adalah pemberian trichoderma, agen hayati yang mampu menginduksi resistensi sistemik (Induced Systemic Resistance/ISR) pada tanaman sawit. Selain berfungsi sebagai biofungisida, trichoderma juga berperan sebagai biofertilizer yang mendukung kesuburan tanah.
“Trichoderma bekerja lebih cepat dibanding ganoderma, apalagi jika tersedia bahan organik yang cukup. Ini memicu proliferasi akar rambut atau feeding roots yang memperkuat sistem perakaran,” terang Darmono.
Cara ketiga adalah pemberian tandan kosong alias tankos sawit sebagai bahan organik tambahan. Menariknya, tankos yang digunakan tidak perlu dikomposkan terlebih dahulu, sehingga aplikasinya lebih praktis dan hemat biaya.
“Bahan organik ini sangat mendukung perkembangan mikroorganisme baik seperti trichoderma, serta memperbaiki struktur tanah di sekitar akar,” tambah Darmono.
Dia menyebutkan, efektivitas metode ini diamati melalui pengamatan berjenjang: dua bulan setelah aplikasi untuk mengecek akar serabut baru, tiga bulan untuk menilai kesehatan tajuk, dan 12 bulan pasca aplikasi untuk memantau perkembangan tandan buah segar (TBS).
Metode ini sangat cocok bagi petani maupun perusahaan yang ingin mengurangi ketergantungan pada bahan kimia dan mendorong perkebunan sawit yang berkelanjutan. Dengan kombinasi teknik agronomi dan agen hayati, ganoderma tak lagi menjadi ancaman besar.







Komentar Via Facebook :