Berita / Sumatera /
Industri Sawit Tetap Jadi Penopang Ekonomi RI, Gapki Dukung Aspek-Pir Perkuat Kemitraan
Gelaran Bisnis Forum Kemitraan Sawit 2025 di Palembang, Sumsel.(Ist)
Pelembang, elaeis.co - Di tengah dinamika global dan fluktuasi harga komoditas, industri kelapa sawit tetap menunjukkan peran vital dalam menopang perekonomian nasional. Hingga Mei 2025, nilai ekspor produk sawit Indonesia telah menembus angka USD 15,38 miliar, menjadikannya kontributor utama terhadap surplus neraca perdagangan Indonesia.
Bukan hanya itu, Wakil Ketua Umum Gapki Susanto dalam Gelaran Bisnis Forum Kemitraan Sawit 2025 yang digelar Aspek-Pir di Palembang, Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel), Selasa (23/9) kemarin mengatakan tak hanya menjadi penyumbang devisa negara, industri sawit juga menjadi tumpuan penghidupan bagi lebih dari 16,2 juta kepala keluarga yang terdiri dari petani, pekerja, hingga pelaku usaha di sektor ini.
Rinci Susanto, pada tahun 2022, di tengah krisis global akibat pandemi Covid-19, ekspor sawit Indonesia mencetak rekor tertinggi sepanjang sejarah, mencapai USD 39,28 miliar. Namun, pada 2024, nilai ekspor mengalami penurunan menjadi USD 27,76 miliar, seiring dengan berbagai tantangan global dan pasar internasional.
"Meski demikian, angka ini tetap menempatkan kelapa sawit sebagai salah satu sektor dengan kontribusi ekspor terbesar di Indonesia," tutur Susanto dalam sambutannya, Selasa (23/9).
Kata Susanto, kabar baik juga datang dari sektor hulu. Harga Tandan Buah Segar (TBS) plasma di Palembang tercatat lebih tinggi dibanding tahun lalu. Hal ini berdampak positif terhadap pendapatan petani plasma, yang merupakan bagian penting dari rantai pasok industri sawit nasional.
Perkebunan plasma, termasuk yang tergabung dalam Aspek-Pir, dinilai memiliki kontribusi besar terhadap stabilitas dan kinerja industri sawit saat ini.
"Keberhasilan industri sawit saat ini tidak lepas dari sinergi antara perusahaan inti dan kebun plasma. Oleh karena itu, diharapkan kemitraan inti-plasma terus diperkuat. Kemudian juga terus berkembang hingga berdaya saing dan berkelanjutan. Ini penting guna menjawab tantangan masa depan dan menjaga keberlanjutan industri sawit Indonesia," jelasnya.
Meski menunjukkan kinerja solid, pihaknya mengingatkan adanya tantangan serius terkait stagnasi produksi dalam lima tahun terakhir. Padahal, kebutuhan sawit untuk sektor pangan, energi, dan industri terus meningkat.
"Untuk itu, kita terus mendukung dan mendorong Aspek-Pir ikut mempercepat peremajaan terhadap kebun yang sudah tua, kurang produktif melalui Program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR)," sambungnya.
Sementara, guna mendukung peningkatan produksi, Gapki didukung Kementerian Pertanian dan BPDPKS juga telah mendatangkan Sumber Daya Genetik (SDG) kelapa sawit terbaru. Kemudian juga serangga penyerbuk asal Tanzania.
Inovasi ini saat ini sedang melalui proses aklimatisasi dan pengujian di PT Socfin Indonesia dan PPKS Medan, sebelum diimplementasikan secara luas di lapangan.







Komentar Via Facebook :