Berita / Nasional /
Industri Nasional Hadapi Tantangan Global dan Domestik Sekaligus
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita. Foto: Kemenperin
Jakarta, elaeis.co - Perang Rusia dan Ukraina menyebabkan dunia mengalami dua persoalan utama, krisis pangan dan krisis energi. Industri nasional juga terdampak oleh krisis global tersebut.
“Perang Rusia-Ukraina menyebabkan berkurangnya pasokan komoditi pangan seperti gandum dan minyak nabati,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita dalam keterangan resminya, kemarin.
Hal tersebut memunculkan fenomena proteksionisme negara-negara di dunia untuk mengamankan stok pangan domestiknya. Sejumlah negara juga melakukan peningkatan konversi komoditas pangan menjadi bahan baku energi.
“Hal tersebut mengakibatkan kenaikan index harga komoditi pangan global sebesar 32,5% (YoY) berdasarkan laporan World Bank Juni 2022 lalu,” sebutnya.
Agus sendiri mengklaim pasokan bahan baku industri pangan dalam negeri akan terjamin.
“Ke depan, kami mengupayakan agar lebih banyak lagi bahan baku lokal yang dikembangkan seperti tepung singkong, porang, sorgum, sagu, ganyong, hanjeli, hotong, pisang, sukun, talas, ubi jalar, dan lainnya untuk diversifikasi produk olahan pangan,” ungkapnya.
Meski begitu, menurutnya, industri nasional masih menghadapi tantangan domestik yaitu rendahnya belanja hasil produksi dalam negeri, kebijakan hirilisasi industri yang masih bergerak lambat, serta transformasi otomatisasi dan digitalisasi revolusi industri 4.0 yang tidak merata.
“Terkait hilirisasi, pada pidato sidang tahunan MPR, presiden telah menegaskan pentingnya hiliriasi sumber daya alam,” tegasnya.
Menurutnya, sampai saat ini Kemenperin fokus memacu hilirisasi industri yang berbasis agro, bahan tambang mineral, serta migas dan batubara.
“Banyak manfaat yang diperoleh dari kebijakan hilirsasi ini, seperti menghasilkan nilai tambah, memperkuat struktur industri, menyediakan lapangan pekerjaan, dan memberikan peluang usaha,” terangnya.
Melalui hilirisasi ini, Indonesia tidak lagi menjual barang mentah, namun sudah diolah baik itu produk setengah jadi maupun menjadi produk akhir.
“Sebagai contoh pada industri agro, hilirisasi kelapa sawit menjadi penting karena minyak sawit yang diolah menjadi minyak goreng menghasilkan nilai tambah sebesar 1,31 kali,” ungkapnya.







Komentar Via Facebook :