https://www.elaeis.co

Berita / Nasional /

Indonesia Berambisi Genjot Produksi Minyak Sawit Hingga 100 Juta Ton/Tahun

Indonesia Berambisi Genjot Produksi Minyak Sawit Hingga 100 Juta Ton/Tahun

Wakil Menteri Pertanian Sudaryono (tengah) tampil sebagai pembicara pada diskusi bertajuk Unlocking Opportunities: Advancing Indonesia's Leadership in Sustainable Palm Oil di Jakarta. Foto: Kementan


Jakarta, elaeis.co – Posisi sebagai penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia tak membuat Indonesia terlena. Upaya peningkatan produksi terus dilakukan mengingat besarnya dampak industri sawit baik terhadap perekonomian, penyerapan tenaga kerja, maupun mendorong pembangunan di kawasan pedesaan.

Dalam diskusi bertajuk Unlocking Opportunities: Advancing Indonesia's Leadership in Sustainable Palm Oil yang digelar pada Selasa (18/02), Wakil Menteri Pertanian, Sudaryono, menegaskan bahwa Indonesia bukan hanya sekadar penghasil utama, tetapi juga siap memimpin dunia dalam penerapan praktik kelapa sawit berkelanjutan. “Saat ini produksi Indonesia mencapai sekitar 46 juta ton CPO per tahun, sekitar 20 juta ton untuk konsumsi domestik dan 26 juta ton untuk ekspor,” katanya.

Dia menyebutkan, Indonesia menargetkan bisa memproduksi 100 juta ton minyak sawit mentah atau CPO pada tahun 2045. Untuk mencapainya, produksi kelapa sawit harus ditingkatkan minimal 4% per tahun.

“Pemerintah tengah menyusun langkah strategis untuk memastikan industri kelapa sawit terus berkembang dengan pesat. Selain memperluas lahan dan kapasitas industri, peningkatan produktivitas perkebunan dilakukan dengan mempercepat program peremajaan sawit dan pengembangan bibit unggul yang diharapkan dapat meningkatkan hasil panen, terutama bagi petani kecil,” paparnya.

Dia menyebutkan, saat ini fokus utama kebijakan pemerintah di sektor sawit adalah mendorong pemanfaatannya untuk mendukung ketahanan pangan dan kemandirian energi. Untuk kepentingan pangan, sekitar 10 juta ton kebutuhan domestik minyak kelapa sawit digunakan untuk minyak goreng dan produk makanan lainnya. Sementara untuk mendukung ketahanan energi nasional, pemerintah menargetkan penggunaan 15,3 juta ton CPO untuk produksi biodiesel B40 pada 2025.

“Biodiesel akan dikembangkan ke B50. Kita terus melakukan inovasi teknologi untuk meningkatkan efisiensi serta peningkatan kapasitas pabrik biodiesel guna menjaga daya saing industri kelapa sawit Indonesia di pasar global,” sebutnya.

Sudaryono mengakui bahwa pengembangan sektor sawit penuh dengan tantangan, seperti kampanye negatif dengan isu lingkungan, ketenagakerjaan, serta hambatan infrastruktur. Sebagai solusi, pemerintah Indonesia telah mewajibkan pelaku usaha sawit mengikuti sertifikasi Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO). “Sertifikasi ini mulai diterapkan tahun 2011. Saat ini 1.132 perusahaan yang mengelola sekitar 36% dari luas perkebunan kelapa sawit Indonesia telah tersertifikasi ISPO,” ungkapnya.

“Isu lingkungan dan keberlanjutan, ditambah ketidakseimbangan dalam rantai pasok yang bisa memicu fluktuasi harga, menjadi masalah yang perlu kita hadapi dengan serius. Tapi saya optimis, kita dapat menemukan solusi untuk menjaga daya saing Indonesia di pasar global,” sambungnya.

Dia juga berharap komunitas internasional bersikap adil terhadap upaya pengurangan emisi gas rumah kaca dan perlindungan keanekaragaman hayati yang telah dilakukan pemerintah dan pemangku sawit di Indonesia.

“Indonesia sangat mendukung upaya global dalam pengurangan emisi dan perlindungan keanekaragaman hayati, namun kami juga meminta agar regulasi dan kebijakan internasional lebih adil dan memperhitungkan kondisi negara penghasil seperti Indonesia

 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :