https://www.elaeis.co

Berita / Sumatera /

Ikut PSR Karena TBS-nya Dihargai Murah

Ikut PSR Karena TBS-nya Dihargai Murah

Maksuri (tengah), Ketua KUB Desa Mandala, bersama petani lain di kebun sawit miliknya di Desa Mandala, Kecamatan Sungai Lalan, Muba, Sumsel. Foto: Dok. pribadi


Sekayu, Elaeis.co - Maksuri, petani sawit swadaya di Desa Mandala, Kecamatan Sungai Lalan, Kabupaten Musi Banyuasin (Muba), Sumatera Selatan (sumsel), tidak mengenal kata putus asa dalam kamus hidupnya. 

Setelah melihat koperasi unit desa (KUD) tempat ia dan petani sawit lainnya bernaung tidak aktif, Maksuri berinisiatif mendirikan Kelompok Usaha Bersama (KUB) Desa Mandala. 

"Sudah setahun ini KUB Mandala berdiri. Tujuannya ya agar bisa memberdayakan petani sawit di desa kami, termasuk agar bisa ikut program peremajaan sawit rakyat (PSR)," kata Ketua KUB desa Mandala ini kepada Elaeis.co, Senin (29/11/2021) siang.

KUB Mandala, kata dia, berisikan sekitar 40-an anggota dan sudah bisa mengikuti PSR dengan baik. "Sekitar 75 hektar kebun sawit kami yang ikut PSR. Sudah ada yang setahun ikut PSR, ada yang baru enam bulan lalu," kata Maksuri. 

Ia mengaku keinginan petani ikut PSR disebabkan harga tandan buah segar (TBS) produksi mereka dihargai tidak sesuai dengan harga yang diumumkan Dinas Perkebunan Sumsel atau jauh dari harga yang tertera di papan pengumuman pabrik kelapa sawit (PKS).

Sebelum mengikuti PSR, ia dan sejumlah petani sawit lainnya sempat mengadakan pertemuan dengan Surianto selaku General Manager PT Banyu Kahuripan Indonesia (BKI) yang memiliki dua PKS di Kecamatan Sungai Lalan. 

"Pak Surianto saat itu bilang ke kami, PT BKI tak berani terima buah sawit produksi petani jika masih tanam Dura. Kalau mau ikut PSR, maka nanti BKI akan terima buah sawit petani dengan senang hati dan harga yang bagus," kata Maksuri mengenang percakapan dengan pihak BKI.

Pertemuan itu memang sebatas pertemuan informal, tidak ada hitam di atas putih. Namun Maksuri menyebutkan BKI menegaskan komitmennya untuk membantu petani sawit jika mau ikut PSR. 

"Dan nanti pun Dinas Perkebunan Kabupaten Muba mau memfasilitasi pertemuan kami dengan pihak BKI secara formal. Jadi, kalau pertemuan informal sudah digelar, maka selanjutnya akan ada pertemuan formal. Mudah-mudahan ini berita baik nantinya," kata pria berusia 40 tahunan ini.

Namun para petani sawit anggota KUB Mandala tak berani mengikutkan semua lahannya untuk PSR. Sebab, mereka khawatir tak memiliki pendapatan tetap jika seluruh pohon sawit Dura mereka ditebang.

Jadi, kata Maksuri, yang dilakukan KUB Mandala adalah mengikutsertakan setengah dari luasan kebun sawit yang dimiliki petani untuk PSR.

"Rata-rata kami itu punya dua hektar kebun sawit. Nah, yang diikutkan untuk PSR itu ya cuma sehektar. Sehektar lagi jangan ditebang dulu. Sebab harga TBS saat ini lagi bagus-bagusnya," kata Mandala.

Maksuri mengklaim, selama ini varietas Dura yang mereka tanam selalu dirawat dengan baik sehingga mampu menghasilkan tonase buah yang cukup lumayan hasilnya. 

"Per hektar itu, jika dilakukan panen 15 hari sekali, bisa loh menghasilkan satu setengah ton per hektar. Dura kami ini benar-benar kami rawat. Di tingkat pengepul tempat kami biasa jual, TBS kami dihargai Rp 2.700 per kilogram. Lalu pengepul jual sekitar Rp 2.900-an atau Rp 3.000-an di PKS yang letaknya jauh dari Kecamatan Sungai Lalan," tegas Maksuri. 


 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :