Berita / Serba-Serbi /
Ibu-Ibu Dapat Tutorial Bikin Sabun Cuci Piring dan Cara Menjualnya di Medsos
Mahasiswa KKN-PPM 75 Universitas Malikussaleh Lhokseumawe bersama peserta pelatihan pembuatan sabun cuci piring. foto: Ist.
Lhoksukon, elaeis.co - Mahasiswa KKN-PPM 75 Universitas Malikussaleh (unimal) Lhokseumawe, melakukan pelatihan pembuatan sabun cuci piring kepada para ibu-ibu di Desa Bungong, Kecamatan Syamtalira Bayu, Kabupaten Aceh Utara, Aceh.
Helza Meutia, salah satu anggota kelompok mengutarakan, Desa Bungong sebenarnya memiliki SDM yang cukup baik. Namun tingkat inovasi dan cara warga melihat peluang masih tergolong rendah. Warga juga dihadapkan dengan terbatasnya media atau sarana belajar untuk lebih mengekspolasi keahlian mereka.
“Kami berharap kegiatan ini menambah pengetahuan masyarakat setempat dan menjadi usaha dalam rangka menambah penghasilan,” kata mahasiswi Jurusan Ilmu Komunikasi itu melalui keterangan resmi Humas Unimal.
Kegiatan ini dilakukan di Meunasah Bungong. Proses pembuatan sabun disampaikan oleh Nabila Adisty Nasution, mahasiswi Fakultas Teknik Jurusan Teknik Kimia Unimal.
Nabila menyebutkan, bahan pembuatan sabun cuci piring yakni Texaphon yang berfungsi untuk mengangkat lemak dan kotoran, NaCl sebagai pengental sabun, Sodium Sulfat untuk mempercepat pengangkatan lemak, EDTA sebagai pengawet, Camperlan untuk mengangkat lemak membandel, Foam Booster sebagai penambah busa, anti bakteri, Gliserin yakni senyawa alami yang berasal dari minyak sawit untuk melembutkan dan memberikan rasa licin, pewangi, pewarna, dan air sebagai pelarut.
Dia kemudian menjelaskan cara membuat sabun dan dipraktikkan bersama dengan ibu-ibu. Setelah seluruh proses pembuatan selesai dilakukan, cairan sabun cuci piring dikemas dalam botol lalu didiamkan selama 1 hari hingga busa mengendap dan berbentuk cairan kental seperti sabun cuci piring pada umumnya.
"Kegiatan ini menghasilkan 30 botol sabun cuci piring, masing-masing berisi 600 ml. Semuanya kita berikan kepada masyarakat," sebutnya.
Nanda Putri Safwani, mahasiswi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Jurusan Akuntansi, lantas menguraikan bagaimana cara menentuan harga produk. "Hitung dahulu berapa modal membuat produk, lalu hitung harga satuannya. Setelah itu, kita bisa menentukan harga jual per botol yang besarnya di atas harga satuan," tukasnya.
"Perlu diperhatikan bahwa persentase keuntungan jangan terlalu besar agar harga jual tidak kemahalan. Jangan lupa memperhatikan harga pasar yang ada agar tidak salah dalam menentukan harga," tambahnya.
Ravena Adisty, mahasiswi jurusan Manajemen, mengingatkan pentingnya kemasan semenarik mungkin agar produk yang dihasilkan dapat dikenal oleh banyak orang dan mudah memasarkannya.
"Memasarkan produk harus mencari tempat yang strategis. Misalnya di berbagai platform media sosial (medsos) maupun toko online atau marketplace,” urainya.
Aderistia, salah satu peserta pelatihan, mengaku mendapatkan banyak pengetahuan baru dalam kegiatan itu. "Membuka fikiran kami untuk berkreativitas dan berusaha," tukasnya.
"Sekarang kami paham bagaimana menentukan harga yang baik serta cara memasarkannya. Telefon genggam ternyata tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi, tapi juga bisa menjadi alat berbisnis," tambahnya.







Komentar Via Facebook :