https://www.elaeis.co

Berita / Nusantara /

Hilirisasi Diperlukan untuk Naiknya Nilai Produk Sawit

Hilirisasi Diperlukan untuk Naiknya Nilai Produk Sawit

Berbagai produk yang dihasilkan dari hilirisasi sawit. foto: eco-chem


Bengkulu, elaeis.co - Pemerintah Provinsi Bengkulu terus mendorong hilirisasi kelapa sawit di Bengkulu untuk membangkitkan ekonomi masyarakat dan daerah.

Kepala Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Bengkulu, Ricky Gunarwan mengatakan, banyak petani kelapa sawit yang tidak begitu paham dengan hilirisasi. Padahal secara sederhana, hilirisasi adalah proses mengubah barang setengah jadi menjadi barang jadi. Seperti mengubah minyak mentah kelapa sawit (CPO) menjadi minyak goreng, margarin, sabun, shampo, dan lainnya.

"Hilirisasi itu kan mengubah menjadi barang siap pakai," kata Ricky, kemarin.

Menurut Ricky, hilirisasi akan meningkatkan nilai jual produk. Misalnya 1 liter CPO dihargai Rp 11 ribu per kilogram atau lebih mahal dibandingkan harga TBS kelapa sawit yang hanya dihargai Rp 2.100 per kilogram. Kemudian CPO tersebut jika diproses menjadi minyak goreng premium harganya akan menjadi Rp 19 ribu per liter.

"Jadi nilai produk akan meningkat dan tentu saja akan meningkatkan pendapatan masyarakat dan daerah juga," katanya.

Tidak hanya itu, produk dari hasil hilirisasi kelapa sawit pasti dibutuhkan masyarakat. Terbukti pada saat harga minyak goreng mengalami kenaikan harga hingga Rp 45 ribu per liter, masyarakat tetap membelinya. Padahal secara logika, harga tersebut tidak masuk akal. Mengingat persediaan CPO di dalam negeri jumlahnya masih cukup banyak.

"Coba orang jual CPO ke masyarakat, pasti tidak ada yang mau beli, kecuali perusahaan pengolahan CPO menjadi produk jadi. Tapi kalau itu sudah jadi produk, kemudian dijual ke masyarakat, pasti mereka tetap beli walaupun harganya sedang tinggi-tingginya," tuturnya.

Ia mengaku, banyak pihak enggan merambah industri hilir disebabkan membutuhkan biaya investasi yang tidak sedikit. Contohnya untuk pendirian satu unit pabrik pengolahan CPO menjadi minyak goreng setidaknya membutuhkan investasi paling minim mencapai Rp 1 hingga Rp 3 miliar. 

"Mereka takut berinvestasi di sektor hilir karena dikhawatirkan biaya investasinya besar," katanya.

Padahal untuk menciptakan produk hilir tidak selalu membutuhkan dana yang besar. Contohnya untuk membuat biodiesel. Tidak harus ada batas minimal untuk memproduksinya. Artinya skala usaha mikro kecil menengah (UMKM) pun bisa membuat biodiesel. Sebab untuk membuat biodiesel tidak ada skala minimal.

"Hanya saja yang perlu diperhatikan adalah jika memproduksi dalam jumlah kecil, sulit untuk memasarkannya. Tapi untuk memproduksinya tidaklah mahal, artinya jika untuk memproduksi biodiesel dan hanya untuk digunakan sendiri tidaklah mahal," tutupnya.
 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :