Berita / Nusantara /
Hatabosi dan Sawit Berkelanjutan Antar Tapsel Masuk Top 10 Nasional I-SIM for Regencies 2023
Bupati Dolly Pasaribu menerima penghargaan masuk 10 Top Nasional program I-SIM for Regencies 2023. Foto: Dok. Prokopim Tapsel
Jakarta, elaeis.co - Setelah melewati proses validasi dan verifikasi lapangan, Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel), Sumut, akhirnya masuk top 10 nasional integrated Sustainability Indonesia Movement (I-SIM) for Regency Award 2023.
Berkat pencapaian ini, tim juri I-SIM Award mengundang Bupati Tapsel Dolly Pasaribu ke Jakarta untuk mempersentasikan program unggulan yang dijalankan di daerahnya.
Presentasi berlangsung di Gedung Graha Surveyor Indonesia, Senin (30/10). Pada kesempatan itu, Dolly memaparkan integrasi pelestarian hulu hingga hilir Sungai Batangtoru lewat kearifan lokal masyarakat Hatabosi dan Program Sawit Berkelanjutan yang dijalankan Forum Komunikasi Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia (FoKSBI).
Hatabosi merupakan komunitas masyarakat yang mendiami Desa Haunatas, Tanjung Dolok, Bonan Dolok, dan Dusun Siranap di Desa Aek Sabaon. Hatabosi berada di hulu Sungai Batangtoru.
Sementara FoKSBI Tapsel sudah berhasil membina 597 petani sawit mandiri di kawasan hilir Sungai Batangtoru hingga memperoleh sertifikasi Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO). Mereka mengelola 859,51 hektar lahan sawit secara berkelanjutan.
“Terimakasih kepada panitia I-SIM yang telah memberikan kesempatan kepada Tapsel. Inilah Hatabosi dan FoKSBI sebagaimana yang kami bersama masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya lakukan selama ini di sana,” kata Dolly melalui keterangan resmi dikutip Rabu (1/11).
Menurutnya, Hatabosi merupakan kearifan lokal sejak 120 tahun lalu dalam memanfaatkan dan mengelola air untuk persawahan di daerah tersebut
“Pemanfaatan Sungai Batangtoru lewat pengaturan air Hatabosi ini mengairi sawah seluas 300 hektar. Secara otomatis moyang kami menjaga 5000 hektar hutan cagar alam Sibual-buali yang merupakan habitat keanekaragaman hayati termasuk satwa endemik, orang utan pongo Tapanuliencies,” ungkapnya
Sementara untuk pelestarian penanaman Sawit Berkelanjutan di Kecamatan Muara Batang Toru, sekitar 33% dari lebih 16 ribu hektar lahan gambut sudah ditanami sawit oleh petani mandiri. Meski begitu, masyarakat bersama pemerintah tetap berkomitmen bahwa keberadaan sawit tetap menjaga kelestarian gambut.
Lahan gambut dijaga tetap basah di tengah kebun sawit yang ada. Ini menjadi solusi untuk mengatasi ketersedian air di daerah dan itu sangat berpengaruh pada sektor pertanian lainnya.
“Untuk penjagaan lingkungan dan produktivitas sawit, masyarakat menerapkan 3R. Pertama Rewetting dengan tujuan membuat lahan tetap basah dan diatur ketinggian airnya agar akar sawit tidak tergenang. Kemudian Revegetation dengan menanam jelutung di sela-sela sawit. Lalu Revitalitation dengan usaha masyarakat seperti ternak lele,” terangnya.
Sebagai informasi, I-SIM adalah gerakan untuk meningkatkan akselerasi ketercapaian Sustainable Development Golds (SDGs) kabupaten dan kota pada tahun 2030, serta mendorong kapasitas pemerintah daerah untuk menerapkan standar keberlanjutan internasional.
Untuk masuk ke posisi top 10, Tapsel bersaing dengan 400 kabupaten se-Indonesia yang terdaftar dalam program I-SIM for Regencies 2023. 9 kabupaten lain yang lolos ke penjurian akhir I-SIM for Regencies 2023 yakni Tapanuli Utara, Karo, Sinjai, Bandung, Temanggung, Bantul, Bogor, Gowa, dan Magelang.
Tim juri I-SIM 2023 yakni DR (Cand) Billy Mambrasar (duta DGs/Staf Presiden), Dr Hendricus A. Simarmata (Presiden of Indonesian Association of Urban and Regional Planners/IAP), Prof. Zuzi Anna, MSi (Direktur SDGs Center Universitas Padjajaran), dan Dr Vivi Yulaswati (Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam) selaku Ketua Tim Pelaksana Nasional SDGs.







Komentar Via Facebook :