Berita / Sumatera /
Hasil Panen Makin Bagus, tapi Petani Sawit ini Malah Rugi
 
                Ilustrasi (Ist.)
Siak, elaeis.co - Supiani dan suaminya bergegas menuju kebun sawitnya di Kecamatan Lubuk Dalam, Kabupaten Siak, Riau, begitu mendapatkan panggilan telefon dari tukang panen. Pasangan suami istri petani sawit swadaya yang tinggal di Kecamatan Koto Gasib, Siak, itu tergopoh-gopoh karena ingin cepat sampai.
"Pukul 08.30 WIB kami dapat kabar dari tukang panen. Kami diminta datang ke kebun karena banyak buah sawit kami yang siap panen sudah hilang," kata wanita berusia 47 tahun itu kepada elaeis.co, Kamis (14/4/2022).
Saat sampai di kebun sawitnya, ia dan suaminya melihat jejak ban mobil dan sepeda motor yang diduga dipakai oleh maling sawit.
"Dari dua kavling atau empat hektar kebun sawit, ada 600 sampai 700 kg tandan buah segar (TBS) yang hilang," sebutnya.
Hal ini ia ketahui karena biasanya tonase TBS yang bisa dipanen sebanyak empat ton. Namun beberapa waktu belakangan ini hasil panen paling banyak sekitar 3,6 ton.
Kata bekas karyawan perusahaan kayu lapis ini, TBS yang dipanen ninja sawit sudah memang masuk usia panen.
"Kami sudah setel kalau satu putaran panen setiap 10 hari. Tapi pas mau 10 hari, di situlah ninja sawit beraksi di kebun sawit kami," kata Supiani.
Ia menyebutkan, hasil panen kebun sawitnya meningkat setelah diajak petani sawit lainnya untuk menggunakan jasa konsultan sawit. Dari proses konsultasi itu Supiani dan suaminya tahu tentang penggunaan bibit unggul, cara menanam, memupuk, bahkan periode memanen.
Untuk bibit sawit, ia menggunakan bibit sawit siap tanam produksi pusat penelitian kelapa sawit (PPKS) Medan untuk seluruh kebun sawit mereka.
Ia menduga bagusnya kualitas buah menyebabkan ninja sawit suka beraksi di kebun mereka.
"Apalagi kebun sawit kami itu ada di pinggir jalan, sangat strategis. Pun bibitnya berkualitas dan kami terapkan manajemen berkebun yang diajarkan konsultan kami dulu. Tapi belakangan malah kebun sawit kami sering jadi sasaran ninja sawit," keluhnya.
Ia dan suaminya sudah mencoba bertanya ke sesama petani sawit tentang cara mengatasi ninja sawit. Ada yang menyarankan agar mereka menggunakan CCTV, namun ternyata tak efektif karena boros baterai.
Ada pula yang menyarankan menggunakan jasa penjaga kebun sawit. "Lah, kalau ninja sawitnya lebih dari 10 orang? Pasti kalah penjaga kebun sawitnya," kata pemilik kedai grosir sembako ini.
Pasangan tersebut sampai saat ini masih mencari cara yang lebih murah dan efektif untuk mengatasi ninja sawit di kebun mereka. Ia tak mau terus-terusan mengalami kerugian di saat hasil panen seharusnya meningkat.
"Saat ini kami ubah jadwal panen jadi enam hari sekali, bukan 10 hari sekali seperti sebelumnya. kami enggak mau lagi terus-terusan jadi korban ninja sawit. Kami selalu rugi lebih Rp 2 juta setiap kali mau panen 10 hari sekali," sebutnya.







Komentar Via Facebook :