Berita / Sumatera /
Harga TBS di Kaur Turun Drastis, Pemilik Ram Ikut Lemas
TBS dikumpulkan di ram sebelum dibawa ke PKS. foto: Bustomi
Bengkulu, elaeis.co - Harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di Kabupaten Kaur, Provinsi Bengkulu, mengalami penurunan yang signifikan. Di Desa Tanjung Baru, Kecamatan Maje, harga di tingkat ram atau peron saat ini hanya Rp 1.300/kg.
Seorang pemilik ram di Desa Tanjung Baru, Yogi (30) mengungkapkan bahwa penurunan ini disebabkan oleh turunnya harga TBS di pabrik kelapa sawit (PKS). "Kami menjual Rp 1.670/kg di PKS. Ini tentu berdampak pada harga pembelian ke petani. Mau tak mau kami harus menyesuaikan dengan turunnya harga TBS di PKS," ungkap Yogi, Senin (15/5).
Yogi menjelaskan, penurunan harga TBS di PKS tidak hanya menyulitkan petani, tapi juga menggerus keuntungan pemilik ram. "Pendapatan kami menurun drastis karena petani malas panen. Saat harga TBS di PKS pada kisaran Rp 2.000/kg, pasokan dari petani banyak," sebutnya.
"Penurunan harga TBS di PKS berdampak langsung pada perekonomian kami, membuat banyak petani kelapa sawit dan pemilik RAM mengalami kesulitan karena pendapatan menurun," tambahnya.
Banyak petani kelapa sawit di Kabupaten Kaur terpukul karena penurunan harga TBS yang signifikan. Tidak sedikit petani sawit yang mengkhawatirkan masa depan usaha mereka.
"Kalau TBS murah, daya beli petani makin lemah. Sementara mereka harus menghadapi biaya produksi yang semakin meningkat," tukasnya.
Ketua DPW Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (apkasindo) Provinsi Bengkulu, Jakfar, sudah berulang kali menyuarakan kekhawatirannya terhadap dampak penurunan harga TBS. Dia mendesak pemerintah daerah dan pihak terkait untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk stabilisasi harga dan melindungi mata pencaharian petani kelapa sawit.
"Dalam situasi ini, pemerintah daerah diharapkan memberikan bantuan dan dukungan kepada petani kelapa sawit maupun pemilik ram," tuturnya.
Dia juga meminta pemerintah daerah mendorong berdirinya pabrik yang menghasilkan produk hilir sawit.
"Pengembangan produk turunan kelapa sawit yang lebih bernilai tambah dan diversifikasi usaha dapat menjadi alternatif untuk mengangkat harga sawit," tutupnya.







Komentar Via Facebook :