https://www.elaeis.co

Berita / Komoditi /

Harga Sawit Tinggi, Petani Kopsa-M Justru Gigit Jari

Harga Sawit Tinggi, Petani Kopsa-M Justru Gigit Jari

Panen sawit di Riau. Elaeis.co


Pekanbaru, Elaeis.co - Harga tandan buah segar (TBS) di Riau saat ini masih bertengger di angka Rp.2.700/kg. Angka ini dinilai masih cukup tinggi meski sempat mengalami penurunan sejak awal pekan lalu. Namun tingginya harga itu justru tidak dirasakan semua petani. Seperti petani yang tergabung dalam Koperasi Sawit Makmur (Kopsa-M) yang ada di desa Pangkalan Baru, Kampar.

Ratusan petani di kecamatan Siak Hulu itu justru tidak dapat menikmati hasil kebunnya sejak Agustus lalu. Artinya sudah dua bulan belakangan hasil kebun mereka tak diterima.

Ini disebabkan lantaran masalah yang berlarut-larut dalam tubuh koperasi itu.

Dikatakan Kepala Desa Pangkalan Baru, Yusri Erwin hal itu sempat diadukan para petani dan karyawan koperasi beberapa waktu lalu. Bahkan ia sempat gelar pertemuan dengan perwakilan para petani dan karyawan koperasi itu di balai desa tersebut.

"Tentu kita prihatin, walau sedikit namun kan itu wajib dibayarkan," tuturnya kepada Elaeis.co, Jumat (01/10) malam.

Yusri mengatakan, pihaknya telah melakukan koordinasi dengan PT Perkebunan Nusantara (PN) V yang memayungi koperasi itu. Dari komunikasi itu didapatkan masalah hasil kebun yang tak diterima para petani dan karyawan lantaran DPU yang tak diserahkan ke pihak PTPN V oleh pengurus Kopsa-M periode 2016-2021.

Padahal DPU itu adalah bukti rincian hasil panen kebun dan pekerjaan yang ada. "Memang pernah diberikan, namun isi DPU itu tidak sesuai. Yang tertera adalah rincian keseluruhan, bukan per blok atau berapa pekerjaan yang selesai.

Misalnya kebun ini luasnya berapa dapat berapa ton. Terus nunas (pruning) dapat berapa batang itu gak dirinci. Jadi, pihak PTPNV akhirnya gak mencairkan uang hasil kebun itu. Dikhawatirkan terjadi penyelewengan yang justru juga merugikan petani," terangnya.

Kemudian musyawarah sempat membuahkan hasil yakni gaji petani dan karyawan tersebut dicairkan. Namun harus lewat bendahara versi pengurus periode 2016-2021. Tapi lagi-lagi gagal karena bendara tersebut telah mengundurkan diri beberapa waktu lalu.

"Kita sangat prihatin, sebab ada petani yang sampai makan ubi. Saya lihat sendiri ada berkarung-karung ubi untuk persediaan mereka. Kita sampai berhutang di warung untuk membantu memenuhi kebutuhan petani. Seperti bahan pokok sehari-hari. Jumlahnya sampai Rp.9 jutaan. Kita khawatir dan mereka juga warga kita," imbuhnya.

Yusri berharap masalah yang ada ditubuh Koosa-M segera selesai. Ia juga meminta ketua Kopsa-M periode 2016-2021 legowo dan menyerahkan jabatannya ke pengurus hasil Rapat Luar Biasa (RLB) beberapa waktu lalu.

"Dia gak mengakui RLB itu dan bersikukuh sampai menjabat hingga bulan 12 nanti. Jadi petani sudah, karyawan susah. Sudah tak bergaji kebun tak terawat pula. Malah sampai gak makan," tuturnya.

Katanya, dari data yang di dapat ada 60an orang karyawan yang bekerja di koperasi itu tak bergaji dua bulan terakhir. Dari amprah yang ada jumlah gaji mereka mencapai Rp400 jutaan.

"Belum lagi ratusan petani. Jadi saat ini anggota RLB jika waktunya panen maka akan memanen kebun itu dan di jual ke PTPN V menggunakan PB resmi Kopsa-M awal. Tak lagi dijual menggunakan PB luar. Jadi hasil penjualan langsung masuk rekening koperasi bukan langsung ke bendahara seperti sebelumnya. Semoga masalah ini segara selesai dan petani dapat menikmati harga sawit yang tinggi saat ini," harapnya.

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :

Berita Terkait :