Berita / Serba-Serbi /
Harga Sawit Picu Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak
Direktur Yayasan Pusat Pendidikan Untuk Perempuan dan Anak (PUPA) Bengkulu, Susi Handayani
Bengkulu, elaeis.co - Masih rendahnya harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di Bengkulu dapat memicu kekerasan terhadap perempuan dan anak.
Menurut Direktur Yayasan Pusat Pendidikan Untuk Perempuan dan Anak (PUPA) Bengkulu, Susi Handayani, turunnya harga TBS kelapa sawit jelas berdampak terhadap pendapatan petani sawit. Sementara pendapatan menjadi salah satu pemicu kekerasan pada perempuan dan anak.
"Bisa jadi salah satu pemicu, tapi biasanya pemicunya memang kondisi keluarga yang belum begitu baik atau bermasalah," kata Susi, kemarin.
Ketika harga TBS anjok, otomatis pendapatan petani sawit juga ikut rendah. Akibatnya mendekatkan keluarga pada garis kemiskinan. Garis kemiskinan bisa memicu pertengkaran dalam rumah tangga. Pertengkaran tersebut terjadi akibat tidak ada pemasukan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
"Kalau pendapatan rendah, maka bisa menyebabkan pertengkaran didalam rumah tangga," ujar Susi.
Oleh karena itu, Susi berharap, pemerintah daerah bisa mendorong pabrik kelapa sawit (PKS) di Bengkulu membeli TBS petani sesuai harga yang telah ditetapkan pemerintah. Jika PKS tidak mematuhi ketentuan tersebut, maka dapat memicu timbulnya kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).
"Kami berharap PKS bisa mematuhi harga yang telah ditetapkan, itu dilakukan agar petani lebih bahagia dan tidak menyakiti keluarganya," tuturnya.
Disisi lain, Ia berharap, petani kelapa sawit bisa bersabar dan tidak melakukan KDRT. Sebab secara hukum, perbuatan tersebut adalah tindakan yang tidak dibenarkan.
"Kami juga berharap petani bersabar dan tidak melakukan tindakan yang merugikan diri sendiri. Apalagi melakukan KDRT," pungkasnya.







Komentar Via Facebook :