Berita / Komoditi /
Harga Sawit Lagi Tinggi, Kebun PSR Sumsel Siap Panen
Panen buah kelapa sawit. Elaeis.co/Syahrul
Sumsel, Elaeis.co - Wakil Ketua Apkasindo DPW Sumatera Selatan, M Yunus mengatakan, replanting atau peremajaan sawit itu tidak memakan waktu yang lama hingga menunggu kebun tersebut dapat kembali produksi. Minimal 30 buka masa tanam, kebun itu bisa produksi namun tentu dengan skema yang tepat.
Sehingga, harga kelapa sawit yang masih tinggi bukanlah menjadi alasan untuk petani menunda peremajaan kebunnya. Namun, kata Yunus, memang justru muncul tidak sedikit kendala bagi petani yang ingin mengikuti program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) yang dihadirkan pemerintah lewat BPDPKS.
Bicara tentang PSR, Sumatera Selatan tepatnya di Kabupaten Musi Banyuasin (Muba) menjadi lokasi pertama di Indonesia dilaksanakannya PSR tersebut. Malah saat ini kebun-kebun kelapa sawit sudah mulai dipanen.
"Kalau di Muba itu sudah sejak 2017. Sudah dipanen sejak beberapa waktu lalu. Nah ini kebun tahap selanjutnya siap untuk dipanen," terang Yunus saat berbincang bersama elaeis.co, Rabu (16/2/2022).
Yunus menjelaskan, sudah belasan ribu kebun sawit di wilayah Muba sudah replanting. Malah hingga saat ini juga masih berjalan. Kebanyakan memang merupakan kebun kemitraan dengan perusahaan.
Selain di Muba, kebun yang siap panen juga ada di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI). Ribuan hektar kebun sawit di sana juga merupakan hasil program PSR tersebut.
"Pasti sangat senang petani. Apalagi harga TBS saat ini masih cukup tinggi," paparnya.
Meski begitu, menurut Yunus ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pemerintah dan perusahaan dalam program PSR tadi. Salah satu diantaranya yakni bagi kemitraan seharusnya perusahaan melibatkan petani untuk ikut langsung dalam proses PSR tadi. Ini bertujuan agar wawasan petani bertambah.
Bagaimana cara menanam, saat yang tepat menanam, perawatan hingga panen berlangsung.
"Perlu juga adanya program khusus bagi petani yang menang hanya bergantung pada kebunnya itu untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Misalnya tumpang sari atau bagaimana," terangnya.
Sebab, kata Yunus petani pedesaan itu sumber penghasilannya hanya dari kebun sawit miliknya itu. Sementara sampingannya kebanyakan memang beternak.
"Kita berharap pemerintah ada hadirkan program khusus agar PSR tadi juga tidak melemahkan ekonomi petani," tuturnya.

Komentar Via Facebook :