https://www.elaeis.co

Berita / Nasional /

Harga CPO Turun, Begini Nasib Pendapatan DSNG pada Kuartal I 2024

Harga CPO Turun, Begini Nasib Pendapatan DSNG pada Kuartal I 2024

Meskipun harga CPO di pasar menunjukan tren penurunan, tetapi DSNG Group masih mampu mencatatkan pertumbuhan laba pada Q1-2025. (Foto: Dok. DSNG)


Jakarta, elaeis.co - Harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO), baik di pasar global maupun nasional, mengalami kontraksi atau penurunan dalam beberapa waktu belakangan ini.

Situasi tersebut tentu tidak diharapkan oleh para pelaku sawit. Meskipun demikian, situasi ini tak mampu menghalangi PT Dharma Satya Nusantara Tbk membukukan laba kuartal I tahun 2024.

Perseroan yang kerap disebut DSNG ini mampu mencatat keuntungan sebesar Rp 229 miliar, naik 6,6 persen secara tahunan atau year on year (YoY) di periode yang sama.

"Kenaikan laba ini didorong oleh kenaikan penjualan segmen usaha kelapa sawit, produk kayu, dan energi terbarukan," ungkap Direktur Utama DSNG, Andrianto Oetomo, kemarin.

Melalui sebuah keterangan resmi  yang diterima elaeis.co, Andrianto mengatakan bahwa sepanjang tiga bulan pertama 2024, DSNG berhasil membukukan penjualan sebesar Rp 2,23 triliun, naik 7,9 persen YoY. 

Nah, ia menunjuk segmen usaha kelapa sawit yang mampu memberikan kontribusi 85 persen total pendapatan perseroan.

Ini berarti, papar Andrianto Oetomo, sebesar Rp 1,9 triliun dan naik sebanyak 5,1 persen dibandingkan penjualan kelapa sawit pada periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 1,8 triliun.

"Kenaikan penjualan kelapa sawit kuartal I 2024 didorong oleh peningkatan volume penjualan CPO dan minyak inti sawit atau palm kernel oil (PKO)," ucapnya.

"Volume penjualan CPO naik sebesar 3,7 persen dan PKO sebesar 45,1 persen YoY, meskipun harga rata-rata CPO DSNG pada periode ini turun 2 persen dibandingkan tahun lalu," kata dia lagi.

Direktur Utama DSNG, Andrianto Oetomo, mengatakan harga pasar global untuk minyak nabati mengalami penurunan di awal tahun ini karena adanya peningkatan pasokan minyak nabati dan faktor geopolitik di beberapa negara.

“Harga rata-rata CPO DSNG turun sekitar 1,9 persen YoY menjadi Rp 11,74 juta per ton dibandingkan kuartal I tahun lalu sebesar Rp 11,97 juta per ton, mengikuti tren melemahnya harga semua komoditas energi, termasuk minyak nabati,” jelas Andrianto.

Andrianto menambahkan bahwa produksi CPO DSNG pada kuartal I 2024 juga turun 1,6 persen YoY akibat turunnya pembelian buah eksternal. 

Walaupun demikian, ia bilang DSNG masih mampu menjaga bottom line dengan pertumbuhan yang positif yang diikuti dengan peningkatan penjualan segmen kelapa sawit, produk kayu, maupun energi baru dan terbarukan (EBT). 

Tahun ini, ungkap Andrianto, segmen EBT telah memberikan kontribusi penjualan sekitar 2,5 persen atau Rp 57 miliar dari penjualan cangkang kelapa sawit ke pasar Jepang.

Selain itu, ia bilang DSNG juga mampu mengelola laba kotor dan laba operasional dengan kenaikan masing-masing 17,2 persen dan 30,8 persen YoY.

Pihaknya pun mencatatkan EBITDA sebesar Rp 635 miliar, ini meningkat 21,6 persen YoY, mengikuti normalnya harga pupuk dan meningkatnya OER atau rendemen minyak sawit secara signifikan menjadi 24,16 persen.

Sekadar memberitahukan, EBITDA merupakan singkatan dari earning before unterest, taxes, depreciation, and amortization atau pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi. 

Secara umum, EBITDA merupakan alat atau cara yang digunakan untuk mengukur performa keuangan sebuah perusahaan.

Kembali ke Andrianto. Untuk produk kayu atau wood products, ia bilang telah memberikan kontribusi penjualan sebesar Rp 269 miliar, atau naik 5,7 persen YoY.

Hal ini didorong oleh kenaikan volume penjualan produk kayu panel sebesar 30 persen, walaupun untuk harga rata-rata penjualannya.

"Baik produk kayu panel maupun engineered flooring mengalami penurunan masing-masing sebesar 13,2 persen dan 3,7 persen YoY," ucap Andrianto Oetomo.

Kata Andrianto Oetomo, kinerja finansial DSNG pada Q1-2024 merefleksikan posisi finansial perseroan yang solid dengan total aset senilai Rp 17 triliun.

"Ini berarti naik 5,2 petsen YoY, dengan liabilitas sebesar Rp 7,9 triliun dan ekuitas sebesar 9,2 triliun," tegas Direktur Utama DSNG, Andrianto Oetomo.
 

Komentar Via Facebook :